Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menumbuhkan Pendidikan Inklusif Tanpa Hambatan Bagi Difabel

21 Mei 2025   05:00 Diperbarui: 22 Mei 2025   15:38 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa SLB Pajajaran menuju ruang sementara SLB Cicendo Bandung. (Kompas/Fabio Maria Lopes Costa).

Tantangan siswa difabel dalam pendidikan inklusif dan bagaimana sistem pendukung dapat mengubah segalanya.

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, tanpa memandang kondisi fisik atau mental yang dimiliki. Namun, sistem pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif bagi siswa difabel. 

Salah satu peristiwa yang mengungkap kesulitan ini adalah relokasi mendadak siswa tunanetra SLB Negeri A Pajajaran ke SLB Cicendo, Bandung. 

Peristiwa ini menunjukkan dengan jelas bahwa pendidikan inklusif tak hanya memerlukan akses fisik ke ruang kelas, tapi juga sistem pendukung yang menyeluruh. 

Serta penghapusan hambatan lingkungan yang dapat menghalangi partisipasi penuh siswa difabel dalam kegiatan belajar.

Relokasi SLB Pajajaran Ungkap Tantangan Nyata

Pada 19 Mei 2025, sejumlah siswa tunanetra dari SLB Negeri A Pajajaran dipindahkan sementara ke SLB Cicendo untuk memungkinkan renovasi gedung sekolah yang sudah tua. 

Relokasi ini menimbulkan tantangan, terutama bagi siswa yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang tidak dipersiapkan secara optimal untuk kebutuhan mereka. 

Dalam proses ini, siswa mengalami kesulitan orientasi di ruang baru, seperti yang dialami oleh Anisa Nurdiansyah dan Aja, dua siswa berusia 18 dan 19 tahun yang harus menghafal lokasi-lokasi di sekolah baru mereka, sebuah tugas yang sangat berat bagi individu dengan gangguan penglihatan (Kompas.id, 2025).

Perjuangan yang dialami siswa-siswa tersebut menggambarkan ketidaksiapan lingkungan dalam memberikan fasilitas yang ramah bagi difabel. 

Ini bukanlah masalah yang bersifat sepele, tapi sebuah masalah sistemik yang perlu diperhatikan lebih serius oleh pihak-pihak terkait dalam pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun