Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Seni Digital Menggoyang Makna Keaslian dan Kreativitas

8 Mei 2025   07:00 Diperbarui: 7 Mei 2025   16:29 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perbandingan seni digital dan tradisional. (Dibuat oleh ChatGPT)

Teknologi mengubah cara kita mencipta seni, menantang nilai keaslian dan otoritas dalam dunia seni digital.

Seiring pesatnya perkembangan teknologi, cara kita berekspresi berubah. Tren hobi digital semakin digemari. Mulai dari fotografi smartphone hingga seni digital menggunakan aplikasi. 

Kemudahan teknologi memunculkan pertanyaan besar. Apakah teknologi meruntuhkan tradisi seni? Bisakah karya seni digital setara dengan seni tradisional?

Tantangan terhadap Keaslian dan Otoritas Seni

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami interaksi seni tradisional dan digital. Seni sering dikaitkan dengan keaslian dan proses kreatif yang mendalam. 

Namun, teknologi memungkinkan siapa saja menciptakan karya dalam hitungan menit. Apa arti “keaslian” dalam konteks ini?

Walter Benjamin membahas hal ini dalam The Work of Art in the Age of Mechanical Reproduction (1935). Benjamin mengatakan bahwa teknologi menghilangkan "aura" dari karya seni. 

“Aura” mengacu pada keunikan karya seni asli yang tak dapat diulang. Karya seni digital yang dihasilkan lewat aplikasi desain atau smartphone bisa diproduksi tanpa batas, mengaburkan batasan antara yang asli dan tiruan.

Misalnya, foto yang diambil dengan smartphone dan dibagikan di Instagram tidak memiliki "aura" yang sama dengan foto bersejarah yang hanya ada satu salinan fisik. 

Karya ini bisa disalin, didistribusikan, dan dimodifikasi. Hal ini menantang tradisi seni yang menganggap keaslian sebagai bagian integral dari nilai karya.

Benjamin bukan satu-satunya yang membahas ini. Theodor W. Adorno, seorang tokoh teori kritis, juga memberikan pandangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun