Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dislike Gibran dan Polarisasi Sosial dalam Perspektif Sosiologi Digital

27 April 2025   14:00 Diperbarui: 23 April 2025   23:38 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang menarik, algoritma YouTube semakin memperbesar kemungkinan video yang banyak mendapat perhatian, baik positif atau negatif, untuk direkomendasikan lagi. 

Ini menciptakan lingkaran setan, di mana video provokatif semakin banyak dilihat, memperburuk ketegangan antar kelompok.

Dislike ini bukan hanya soal Gibran sebagai pribadi. Angka dislike menunjukkan ketidakpercayaan terhadap narasi politik yang ada. Ini juga mencerminkan krisis kepercayaan yang terjadi di Indonesia. 

Banyak orang lebih memilih menyuarakan ketidakpuasan di dunia digital daripada berdiskusi secara langsung. Dislike bukan hanya angka, tapi simbol ketidakpuasan terhadap pemerintah dan kondisi politik saat ini.

Polarisasi Digital Sebagai Realita

Media sosial berperan besar dalam memperburuk polarisasi ini. 

Platform seperti YouTube, Facebook, dan Twitter menjadi medan pertarungan antar kelompok dengan pandangan berbeda. Setiap pendapat yang berbeda dianggap ancaman, bukan kesempatan berdialog.

Apakah ini jalan yang kita inginkan? Apakah kita ingin terjebak dalam ruang gema, di mana hanya pandangan kita yang didengar? 

Jika kita tetap terperangkap dalam bubble digital, kita semakin terpisah dan sulit memahami pandangan lain. Ini adalah tantangan besar bagi masyarakat digital.

Kita harus berhati-hati dalam menyikapi fenomena ini. Jangan lihat ini hanya sebagai ketidaksukaan terhadap individu. Kita perlu berpikir apakah kita ingin terus terjebak dalam pola ini, ataukah membuka ruang untuk dialog yang lebih konstruktif. 

Jika tidak, polarisasi digital ini hanya akan memperburuk keadaan, dan kita semua yang akan rugi.

Kesimpulan

Dislike terhadap video Gibran menunjukkan polarisasi digital yang semakin mengakar di Indonesia. Polarisasi ini bukan hanya soal politik, tetapi juga bagaimana media sosial memperburuk ketegangan antar kelompok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun