Artinya, pemerintah menyuruh kita peduli dengan kesehatan mental. Tapi tidak memberikan akses yang memadai.Â
Bagaimana orang bisa menjaga kesehatan mental kalau mereka bahkan tidak bisa dapat bantuan ketika membutuhkannya? Â
Negara Sumber Stres Utama Â
Harga Naik, Hidup Makin Berat Â
Kesehatan mental bukan hanya soal pikiran. Tapi juga soal bagaimana seseorang bertahan hidup sehari-hari. Harga kebutuhan pokok naik. Sementara penghasilan banyak orang segitu-gitu saja.Â
Menurut Antaranews, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Timur adalah provinsi dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia pada 2025. Â
Di tengah kondisi seperti ini. Kesehatan mental sering jadi prioritas kesekian. Orang lebih khawatir tentang bagaimana membayar kontrakan, listrik, dan makan. Bagaimana mereka bisa mikir self-care. Kalau tiap hari yang mereka hadapi adalah tekanan ekonomi? Â
Layanan Kesehatan Jiwa Mahal dan Sulit Diakses Â
Misal seseorang berhasil menyisihkan uang. Dan ingin konsultasi ke psikolog atau psikiater. Masalah berikutnya muncul. Biaya pengobatan gangguan kesehatan mental sangat tinggi.Â
Pakar dari Universitas Padjadjaran menyebutkan bahwa total biaya pengobatan gangguan kesehatan mental di Indonesia bisa mencapai Rp 87,5 triliun per tahun (Detik). Â
Seseorang dengan gaji UMR di Jakarta (sekitar Rp 5 juta) ingin berkonsultasi ke psikolog. Satu sesi bisa berkisar antara Rp 200.000 sampai Rp 750.000. Itu baru sekali pertemuan. Padahal untuk mendapatkan hasil yang optimal. Terapi harus dilakukan rutin.Â
Artinya, meski ada kampanye tentang pentingnya menjaga kesehatan mental. Banyak orang yang tidak mampu akses layanan tersebut karena biayanya mahal. Â
Stigma Masih Kuat Bikin Orang Takut Mencari Bantuan Â
Masalah yang tidak kalah besar adalah stigma terhadap gangguan kesehatan mental. Di Indonesia, banyak orang masih menganggap masalah mental sebagai sesuatu yang tabu. Menurut penelitian Universitas Gadjah Mada, stigma ini buat banyak orang enggan cari pertolongan (UGM). Â
Alih-alih pergi ke psikolog. Banyak orang malah diam dan berusaha bertahan sendiri. Karena takut dianggap gila atau kurang iman.