Mohon tunggu...
Ai Tigapuluh
Ai Tigapuluh Mohon Tunggu... wiraswasta -

nonaktif

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perayaan Separuh Dekade Kekhilafan Kita

8 Desember 2014   23:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:45 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

apa yang hendak disampaikan waktu setelah ia menua di tubuhku? aku mengenang airmatamu dengan sebuah pesta, gelas-gelas disulang; diminum isinya; lalu dipecahkan. aku mengenang harum tubuhmu yang menyerupai aroma tubuh bayi itu dengan menyendiri.

siapa pula yang hendak menanam penghujan serupa pancawarsa silam? berjalan bak paruh-paruh, mematuk airmata; meninggalkan bekas yang bebas dibaca masa: aku senyap ibukota di antara keriuhan dan hiruk pikuk, kau alasan satu-satunya.

tak ada yang bisa dikembalikan perputaran kalender selain kenangan. runtun peristiwa berpakem kepada rotasi lunar. angka-angka yang sama namun kian berkerut. tanggal-tanggal pahit dan manis muncul berulang tiada habis. kehidupan bak syarat utama untuk dapat menggumuli masa lalu,

sedangkan masa depan berubah jadi tunggak jebakan. tubuhku dan tubuhmu memilih jadi rumah yang saling mengucilkan diri pada waktu-waktu tertentu, bukan? kita tak cukup tahu diri

sampai tubuhku dan tubuhmu memilih jadi pohon yang tumbuh berjauhan namun menumbuhkan hal yang sama: kenangan yang silih bermuntahan. lapisan bebatang tubuh kita berulir lingkaran penanda tahun, angka-angka yang sama namun kian berkerut. seluruh catatan yang pernah kita tulis memenuhi daun-daun.

jatuh cinta adalah dosa yang tak ingin kusesali. hidup mungkin jalanan sempit dengan segala telikung membingungkan, namun pasti, tiada yang tak dapat ditempuh kata. kita bisa bicara sebagai pelabuhan atau dermaga. kita bisa menjadi penonton tanpa harus memaki. kita bisa pula menjadi penghujan yang tak pernah ingin berubah.

melupakan mungkin cara terbaik memaafkan diri sendiri. apa yang dapat disimpulkan waktu selain ingatan yang menyaput tubuhku? aku mengenang airmatamu dengan sebuah pesta, gelas-gelas disulang; diminum isinya; lalu dipecahkan. kenangan adalah inti penghujan yang pernah kita temui. mengumpulkan kenangan adalah cara terbaik menghibur diri.

***

(Sungai Buluh, 23-24 November 2014)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun