Mohon tunggu...
ahwy karuniyado
ahwy karuniyado Mohon Tunggu... Teknologi

Tempat kamu bertumbuh bareng praktisi, kreator, dan pemilik bisnis yang belajar dan praktek AI bareng-bareng.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI Menurunkan Harga Pengetahuan!

20 Agustus 2025   22:49 Diperbarui: 20 Agustus 2025   22:49 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Haidan on Unsplash 

Contohnya di Maryland, lowongan kerja di pemerintahan yang tadinya minta gelar kuliah turun dari 68% jadi 53% antara 2022 sampai 2024.

Secara ekonomi, perusahaan lagi ngatur ulang harga tenaga kerja. Soalnya banyak tugas rutin yang dulu dikerjain sarjana, sekarang diganti AI dengan biaya nyaris nol. Kalau chatbot bisa ngerjain tugas dengan murah, wajar dong gaji analis junior ikut terpangkas.

Tapi, nggak semua jenis ilmu jatuh nilainya. Para ekonom kayak David Autor dan Daron Acemoglu bilang: teknologi memang gantiin sebagian kerjaan, tapi juga melengkapi kerjaan lain.

Ilmu yang mudah diatur (codifiable knowledge) kayak aturan pajak atau template kontrak, cepat digantiin AI.

Ilmu yang bersifat tacit knowledge---kayak mimpin tim waktu konflik, komunikasi, dan intuisi---justru makin berharga karena susah digantikan mesin.

Data juga nunjukin hal itu. Perusahaan analitik pasar tenaga kerja Lightcast nyatain sepertiga skill yang dicari perusahaan berubah antara 2021--2024. American Enterprise Institute bilang, pekerja "pengetahuan menengah" yang kerjaannya banyak mengandalkan keahlian berulang, paling rawan tertekan dari sisi gaji.

Kesimpulannya, ilmu dasar tetap penting. Kita tetap butuh ilmu buat "nge-prompt" AI, ngecek hasil kerja AI, dan ambil keputusan bijak. Tapi nilai premium gaji sarjana makin melorot.

Apa yang Sekarang Jadi Langka?

Nobel laureate Herbert Simon pernah bilang: "Banyaknya informasi justru bikin kita kekurangan perhatian." Ketika fakta makin murah dan berlimpah, kemampuan manusia untuk memilah, menilai, dan memakainya malah jadi hal langka.

Jadi, sekarang yang mahal itu bukan informasinya, melainkan hal-hal yang susah ditiru mesin. Misalnya: konsentrasi penuh, penilaian yang bijak, etika yang kuat, kreativitas, dan kerja sama.

Penulis artikel ini bahkan bikin kerangka yang dia sebut C.R.E.A.T.E.R., yaitu:

  • Critical thinking---kemampuan bertanya dan menganalisis argumen.
  • Resilience & adaptability---tahan banting waktu keadaan berubah.
  • Emotional intelligence---paham orang lain dan memimpin dengan empati.
  • Accountability & ethics---berani bertanggung jawab atas keputusan susah.
  • Teamwork & collaboration---bisa kerja bareng orang beda pemikiran.
  • Entrepreneurial creativity---melihat peluang dan bikin solusi baru.
  • Reflection & lifelong learning---terus belajar dan memperbarui diri.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
    Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun