Mohon tunggu...
Ahmad Sulthan Aulia
Ahmad Sulthan Aulia Mohon Tunggu... Penerjemah - Pujangga Serambi Masjid

Seorang mahasiswa di salah satu Universitas Negeri Ibukota.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jendela Dunia dari Tapal Timur Indonesia

7 April 2020   14:40 Diperbarui: 7 April 2020   15:02 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertengahan tahun 2018 Bumi kita dilanda bencana. Bertubi-tubi menggetarkan hingga akhir tahun, Gempa bumi berkekuatan diatas magnitudo 5,5 SR Hampir setiap minggu dirasakan masyarakat, mengguncang pulau seribu masjid, Lombok, Nusa Tenggara Barat. 

Rangkaian gempa terus menghantam sampai di bagian Lombok Utara terkena dentuman bumi 6,9 SR. Kejadian ini memberikan teguran keras, memberi arti bahwa bumi itu tidak mati, memberi jawaban dari setiap akar yg menjalar, menyadarkan kita yg terlalu lama terlena. 

Kita tak bisa merasakan bagaimana ketakutan, kegelisahan, keresahan yg dialami oleh orang yg merasakan kejadian. Dari jauh kita hanya bisa berdoa, semoga cepat pulih agar bisa beraktivitas kembali.

Namun tidak bagi pegiat sosial kemanusiaan, ingin berkontribusi dalam Recovery pasca bencana, turun langsung bagaimana memberi Social Direction, membakar semangat masyarakat agar tetap tabah dalam keterbatasan. 

Pada program LOVERS ( Lombok Recovery ) 2018 yg di inisiasi oleh salah satu NGO ( Non Goverment Organization ) yaitu Dompet Dhuafa, saya mengikuti seleksi untuk bisa terjun pada divisi pendidikan. Alhmdulillah lolos, dan berangkat dengan pesawat Batik Air dari Jakarta - Lombok.

Karena pesawat berangkat sore hari, setiba dibandara International Lombok pada malam hari, dilanjut perjalanan menuju posko sekitar 2-3 jam menyusuri hutan, perbukitan. 

Pada umumnya jalan antar kota di pelosok Negeri kita yang masih minim penerangan, wal hasil perjalanan menuju posko ditemani dengan gelap dan suara jangkrik hutan pedalaman. Sesekali terlihat dari sorot lampu mobil kera hutan ditepian jalan, sedang menunggu sesuatu yg bisa ia makan.

Setelah pembagian tugas, saya ditempat di Dusun Gol. Sebuah desa terpencil dibagian Lombok Utara, akses yg rumit karena pasca gempa, debu yg bertebar karena jalanan masih beralas tanah, tidak ada aspal apalagi jalan cor an ( beton ), berteman suara motor pepohonan rindang dan sesekali terdengar suara anjing hutan menambah rasa bangga akan flora dan fauna yg dimiliki Nusantara kita ini. 

Awalnya saya mengira tempat pengabdian nya adalah sebuah bangunan sekolah, namun setelah sampai ternyata hanya sebua tenda betuliskan BNPB ( Badan Nasional Penanggulanan Bencana ). 

Perkenalan dengan anak" pedalaman dengan budaya, bahasa yang berbeda, bukan hal mudah bagi saya yg first experience mengabdi pendidikan ditengah" hutan timur Indonesia. 

Sebagai pendidik saya berusaha mengikuti pola pendidikan mereka yang mayoritas SD dan SMP, mengajarkan mereka mengaji, tulis menulis, tata cara berwudhu, cerita tentang para Nabi, dan sesekali mereka bilang, meminta kepada saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun