Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Orang kampung di Kabupaten Bandung. Sehari-hari memenuhi kebutuhan harian keluarga. Beraktivitas sebagai guru honorer, editor and co-writer freelance, dan bergerak dalam literasi online melalui book reading and review.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Membaca Buku "Kemuliaan Mati Syahid"

14 Agustus 2021   09:02 Diperbarui: 14 Agustus 2021   12:13 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ambisi politik dan kekuasaan Bani Umayyah menjadikan berani untuk mengabaikan kesakralan agama. 

Tentu secara lahiriah jumlah besar yang menang, tetapi secara nilai dan moral justru Al-Husain membuktikan kemenangan yang hakiki dengan berani melawan kezaliman meski sedikit jumlah yang mendukung. Kebenaran tidak bergantung banyaknya pasukan, tetapi pada keteguhan memegang nilai-nilai agama dan istiqomah dalam jalur yang diteladankan Rasulullah Saw.

Dari peristiwa berdarah ini kebenaran makin tegak dan sejarah mengisahkan betapa buruknya moralitas umat yang tidak terbimbing nilai profetik Islam.

Bab tiga berisi ungkapan harapan dan permohonan kepada Ilahi dari Ali Syariati dalam bentuk doa panjang dan curahan manusiawi. 

Kemudian bab empat pasca syahid Al-Husain. Sebagai uraian akhir dari buku ini, Ali Syariati tidak membincangkan gerakan Attawabin maupun Mukhtar Saqafi yang memerangi tokoh dan pasukan yang membantai Al-Husain. Yang ditekankan Ali Syariati tentang kebenaran yang disuarakan Zainab adik Al-Husain yang juga cucu Rasulullah Saw.

Masyarakat menjadi tahu bahwa kebenaran berada pada Al-Husain. Karena itu, dari peristiwa heroik Asyura--oleh Ali Syariati disebut revolusi--memiliki dua misi: (1) darah berupa syahadah yang bermakna bangkit bersaksi untuk menegakkan alhaq, dan (2) pesan Zainab berupa menyampaikan kebenaran, keadilan, dan mengambil inspirasi dari peristiwa asyura untuk kehidupan masa depan.


Buku karya Ali Syariati ini tidak menyajikan rincian detail tanggal bulan maupun ruang dan waktu historis. Tidak ada detail orang maupun kecamuk perang. Tidak ada serpihan peristiwa. Karya Ali Syariati ini lebih reflektif sehingga bagi yang belum mengetahui sejarah tragedi Karbala perlu membaca buku yang terkait dengannya.

Sebagai penutup, kita ketahui bulan Muharram tahun ini berada pada bulan Agustus. Dua bulan ini menyimpan masa lalu yang sama, perjuangan dan kemerdekaan. Karena itu, dengan spirit keduanya mari berjuang dan upayakan agar merdeka dari musuh yang bukan lagi manusia dengan senjata militer, tetapi virus yang harus segera diusir, bahkan dibasmi. Merdeka! Labaika Ya Husain! *** (ahmad sahidin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun