Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Selalu Ada yang Menghina Nabi Muhammad Saw?

6 November 2020   13:39 Diperbarui: 6 November 2020   13:42 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kisah ini mungkin sudah banyak diketahui. Meski ada yang menyatakan tidak shahih, tetapi dari cerita ini kita dapat becermin dalam mengambil tindakan bagaimana menyikapi para penghujat Nabi Muhammad Saw.

Diceritakan di sudut pasar Kota Madinah ada pengemis tua dan buta yang beragama Yahudi. Ia tidak punya sanak saudar alias hindup sendiri. Ia hidup dari belas kasihan orang-orang, termasuk dari kaum Muslim. 

Bahkan, makan pun ia disuapi oleh seseorang yang dihinanya. Kepada orang yang menyuapinya, ia selalu berpesan agar jangan mendekati orang yang bernama Muhammad. Orang yang menyuapinya itu hanya diam dan terus menyuapi pengemis buta itu hingga makanannya habis.

"Jangan dekati Muhammad! Jauhi dia! Jauhi dia! Dia orang gila. Dia itu penyihir. Kalau kalian mendekatinya maka akan terpengaruhinya," ujar si Yahudi. 

Kemudian terdengarlah bahwa Muhammad saw wafat. Abu Bakar yang menjadi khalifah diberitahu bahwa Nabi Muhammad saw senantiasa menyuapi pengemis buta Yahudi disudut pasar. Tidak beberapa lama Abu Bakar membawa makanan menuju pasar. Ketika melihat seorang pengemis buta yang terus mencaci Muhammad saw, Abu Bakar berhenti dan memegang tangan pengemis serta didudukkan.

Setelah pengemis itu duduk, Abu Bakar langsung menyuapi pengemis itu dengan tangannya. Belum juga makanan itu masuk pada kerongkongan, pengemis itu langsung menghardik: "Kau bukan orang yang biasa memberiku makanan."

"Aku orang yang biasa," kata Abu Bakar.
"Bukan. Kau bukan orang yang biasa ke sini untuk memberiku makanan. Apabila dia yang datang, aku merasa enak saat memakan dan mengunyah. Dia selalu menghaluskan dahulu makanan sebelum disuapkan ke mulutku," bantah si Yahudi.

"Engkau benar. Aku memang bukan orang yang biasa ke sini untuk memberimu makanan. Aku adalah salah satu sahabatnya. Orang yang dulu biasa ke sini itu telah wafat. Tahukah kau siapa orang yang dulu biasa ke sini untuk memberimu makanan? Dia adalah Muhammad, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Orang yang selalu kau hina di depan orang banyak," tegas Abu Bakar.

Terkejutlah si pengemis Yahudi itu. Dia terdiam dan air matanya perlahan berlinang membasahi kedua pipinya. Si Yahudi itu baru sadar betapa hinanya ia telah memperlakukan orang yang memberinya makanan setiap hari.

"Selama ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan dihadapannya. Namun, dia tidak pernah memarahiku. Dia sabar menghadapiku dengan berbagai macam ocehanku dan berbaik hati melumatkan makanan yang dibawanya untukku. Dia begitu mulia," ujar si Yahudi yang kemudian dihadapan Abu Bakar menyatakan masuk Islam.

Kalau kita rajin membuka buku Sirah Nabawiyah seperti Ibnu Hisyam, Ibnu Atsir, Ja`far Subhani, Sayyid Asghar Razavy, Muhammad Husein Haekal, Muhammad Hashem, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, dan lainnya akan kita temukan betapa banyak orang yang menghina dan mencoba membunuh Muhammad saw.

Dalam buku Sirah Nabawiyah karya Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury (2007: 534) disebutkan Nabi Muhammad saw memberi hukuman terhadap para penghina atau musuh Islam ketika sudah berada di Madinah dan saat pembebasan Makkah (Futuh Makkah). Nabi Muhammad saw memerintahkan para sahabat agar membunuh sembilan orang: Abdul Uzza bin Khathal, Abdullah bin Abi Sarh, Ikrimah bin Abu Jahal, Al-Harits bin Nufail bin Wahb, Miqyas bin Shuababah, Habbar bin Aswad, dua biduanita Ibnu Khathal, dan Sarah, budak Bani Abdul Muthalib. Namun yang berhasil dieksekusi hanya Abdul Uzza bin Khathal, Miqyas bin Shuababah, Al-Harits bin Nufail bin Wahb, dan salah seorang biduanita Ibnu Khathal. Sedangkan yang lainnya lari ke negeri lain dan ada juga yang diberi ampunan karena menyatakan masuk Islam.

Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku Api Sejarah Jilid 1 (halaman 392) dan Jilid 2 (halaman 8-10) mencatat bahwa organisasi Boedi Oetomo melalui majalah Djawi Hisworo (9 dan 11 Januari 1918 M.) yang terbit di Surakarta, mengeluarkan artikel karya Martodharsono dan Djokodikoro yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah pemabuk dan pemadat. Lalu ada Harian Hoa Kiao mengangkat artikel Oei Boe Thai dan J.J. Ten Berge yang menghina Nabi saw pada 25 April 1931, dan Parindra (Partai Indonesia Raya) yang dipimpin oleh Dr. Soetomo dengan medianya Madjalah Bangoen, 15 Oktober 1937, mengangkat dan mendukung artikel Siti Soemandari yang melancarkan penghinaan kepada Rasulullah saw.

Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dalam bentuk buku ditulis oleh Salman Rushdi pada 1988. Melalui novel Satanic Verses, Salman menggambarkan Muhammad sebagai pemabuk, berpenyakitan, dan senang main perempuan, serta pengkhayal. Pantas kalau almarhum Imam Khomeini dari Iran, mengeluarkan fatwa mati terhadap Salman Rushdi.

Kemudan pada 2002, Jerry Falwell dari Amerika Serikat menyebut Nabi Muhammad sebagai teroris dan koran Denmark Jyllands-Posten, Februari 2006 memuat 12 gambar yang menghina Nabi Muhammad. Lagi-lagi Iran yang memberikan respons dengan menggelar lomba pembuatan kartun kebejadan dan kebiadaban Barat serta peristiwa holocoust.

Kemudian ada film The Innocence of Muslims yang dibuat oleh Nakoula Basseley, yang isinya menggambarkan Nabi Muhammad saw sebagai seorang pedofil, penyuka wanita, maniak seks, dan orang yang tidak berprikemanusiaan. Kemudian film tersebut mendapat protes dari umat Islam. Dan kita tahu kemarin kasus majalah Charlie Hebdo, yang menerbitkan kembali kartun yang dianggap sebagai representasi Nabi dengan penuh hinaan. Dari kartun itu berujung kematian dan tindakan kriminalitas.

Saya tidak tahu yang mesti diperbuat untuk membela Rasulullah Saw. Saya memahami phobia pada Islam dan Nabi Muhammad Saw tidak dapat disangkal adanya. Mungkin perlu terus menerus menyampaikan pada dunia bahwa gambaran tentang sosok Rasulullah Saw yang mereka baca itu perlu dikritisi ulang. 

Sejumlah kitab klasik yang oleh orang Barat baca tentang Rasulullah Saw mesti diberi catatan oleh ulama dan sejarawan Muslim sekarang bahwa sejumlah informasi dalam kitab-kitab tarikh tentang Rasulullah Saw perlu dikaji kembali dengan standar Al-Quran. 

Ada tiga ayat Alquran (Ahzab 21, Al-Qalam 4, Anbiya 107) yang menyebutkan sosok Muhammad bin Abdullah sebagai teladan yang baik, berperilaku agung, dan sebagai rahmatan lil 'alamin. Dengan tiga ayat ini saya kira sosok Muhammad Rasulullah Saw merupakan manusia istimewa, bahkan Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepadanya (Ahzab 56).

Bagaimana menyikapi dan membuktikan diri sebagai pecinta Nabi Muhammad Saw? Saya kira untuk melawan yang munkar perlu dilakukan dengan cara yang ma'ruf. *** (Ahmad Sahidin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun