Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangun Perdamaian dan Peradaban di Indonesia

19 September 2021   08:23 Diperbarui: 19 September 2021   08:29 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berjiwa Pancasila - jalandamai.org

Tidak akan terjadi sebuah peradaban tanpa perdamaian. Tidak ada peradaban jika masyarkatnya saling bertika. Banyak contoh yang bisa kita jadikan pembelajaran. 

Di negara-negara timur tengah misalnya, sampai saat ini masih terus berkonflik satu sama lain. Di Indonesia sendiri, potensi konflik masih terus terbuka. Karena tingkat keberagaman di Indonesia sangat tinggi, berbeda dengan negara-negara yang ada. Namun, karena nilai-nilai kearifan lokal yang kuat, potensi konflik itu bisa diredam.

Kenapa perdamaian menjadi penting? Karena tanpa perdamaian hidup kita tidak akan ada artinya. Indonesia sudah pernah mengalami ratusan tahun hidup dalam penjajahan. Selama itu, tidak ada kehidupan yang menyenangkan. Setiap hari hidup dalam tekanan. 

Pada kondisi itulah, jangan berharap ada sebuah peradaban yang kita inginkan. Karena perdamaian merupakan syarat penting sebuah negara, untuk membangun peradaban. Perdamaian merupakan syarat terciptanya sebuah persaudaraan. Dan untuk membangun persaudaraan, tentu butuh proses panjang apalagi di negara seperti Indonesia.

Fanatisme keagamaan, sindrom primordialisme dan nalar sektarianisme terus muncul di berbagai platform media sosial. Ketiganya telah membuat toleransi di negeri ini terganggu. Ketiganya telah membuat persaudaraan berubah menjadi pertengkaran. Banyak contoh kasus konflik di Indonesia terjadi, yang disebabkan oleh ketiganya. Dan tentu kita tidak ingin konflik terjadi lagi di negeri yang damai ini.

Memang, karena pengaruh negative tersebut, relaisme persaudaraan di negeri ini terus mengalami penurunan. Ada upaya yang sistematis yang dilakukan oleh kelompok intoleran, untuk memecah belah bangsa ini dengan provokasi, ujaran kebencian dan hoaks. Terkang sentimen SARA juga disusupkan di dalamnya. 

Akibatnya, amarah masyarakat seketika langsung bermunculan, tanpa memperhatikan informasi tersebut benar atau tidak. Agama yang suci, seringkali dibawa-bawa untuk melakukan provokasi di dunia maya.

Disisi lain, Indonesia merupakan negara besar yang mempunyai bonus demografi, dimana jumlah penduduk produktif lebih banyak. Hal ini tentu bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Jika kita tidak bisa memanfaatkannya, tentu mimpi negara besar dengan berbagai macam yang kita mimpikan akan sulit terwujud. 

Untuk bisa mewujudkan bonus demografi, tentu diperlukan interaksi, diperlukan saling komunikasi dan saling peduli, agar kita bisa bersatu padu dalam pembangunan negeri.

Untuk itulah, perlu kiranya kita semua terus melakukan introspeksi. Memperbaiki yang perlu dan meninggalkan yang tidak perlu. Untuk bisa mendapatkan peradaban yang kita inginkan, kita harus bisa mengedepankan perdamaian dan hidup berdampingan dalam keberagaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun