Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Catatan Kaki-kaki Nguli (KKN) Dusun

27 Desember 2018   10:56 Diperbarui: 27 Desember 2018   11:12 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah cukup lama ngobrol kemana-mana, kami akhirnya putar arah ke timur dan ke Utara pada jalan kebun kosong sisa pertanian tebu. Kami mencoba menyusuri daerah yang anggapan kami terisolasi karena cukup terpencil memang adanya. Rumah itu terletak di barat daya. Kami tancap gas sepeda motor kesana. Seperti biasa ketika akan sampai di perumahan tersebut, ketidak meratakan infrastruktur jalan di desa merawan dapat dirasakan. 

Ada seratus meter berpaving dan tak kurang sekitar seratus lima puluh meter jalan rusak berdebu. Kamipun sampai pada pekarangan rumah tersebut. Kesan pertama pada benak kami, rumah ini cukup jauh dari yang lain dan berada dipinggiran sawah. Para teman-teman perempuan akhirnya terus kepekarangan rumah tersebut, hingga akhirnya bertemu dengan orang-orang lansia dan tua. Akhirnya merekapun mencari data guna menyokong PAR yang dijadikan pesangon oleh kampus.

Saya dan teman-teman laki-laki akhirnya menghampiri dua orang petani yang sedang santai di pinggir sawah, terlihat salah satunya sedang sibuk memberi urea terhadap tanaman tembakaunya yang kurang merata pertumbuhannya. Kamipun akhirnya ngobrol dengan dua orang petani tersebut, kalau tidak keliru namanya adalah pak Huda, harap dimaklumi karena ingatan saya cukup lemah dalam hal mengingat nama. 

Dia bercerita soal familinya yang berasal dari Madura, pantas saja dia cukup mengenali daerah-daerah Madura khusunya Sumenep daerah saya. Kamipun penasaran dengan umur tanaman tembakau, dan jawaban dari petani tersebut cukup memperihatinkan. Tanaman tembakaunya terkena hama, dan sepertinya bukan tumbuh, melainkan sebaliknya malah menyusut kuning dan mengecil kemudian mati kering. Katanya tembakaunya sudah ditanam sejak bulan puasa. 

Jika, normal tentunya tembakau tersebut sudah cukup tinggi dan berdaun hijau indah. Kamipun menanyakan soal kebiasaan para petani yang seperti tidak serentak menanami lahan sawah mereka terhadap satu varian tanaman, semisal semua lahan ditanami padi semua atau tembakau semua seperti pada daerah yang besar pertaniannya. "Para petani di dusun Lengkong toko memang memiliki kebiasaan bercocok tanam tidak sama diantara petani yang satu dengan yang lain. Hal itu mengapa disini memang cukup tidak beraturan tanamannya" pungkas pak tani yang kami temui di sawah mereka.

Tidak terasa waktu semakin siang, matahari yang mulai sejajar dengan badan tegap cukup menunjukkan keperkasaannya atas kekuatan terik yang diberikan oleh Allah SWT. Kamipun menghampiri teman-teman perempuan kami yang sudah selesai merampungkan wawancara mereka dengan orang-orang di tempat yang terisolasi dari keramaian dusun Lengkong toko. Kami pun balik ke posko dengan melewati beberapa macam jalan. Berkerikil, berdebu, berpaving, beraspal, beraspal tapi mengelupas dan berbatu. Kamipun sampai di posko dengan keadaan yang lelah tapi menyenangkan dan melegakan karena adaptasi kami pada masyarakat kami nilai sudah 35 % berhasil.


Kode file: A7
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: rumah pak untung
Informan: Pak Untung
Umur Informan: 50
Waktu: Rabu 19 Juli 2018/ 19:30 WIB
Malam itu setelah langit benar-benar tidak berdaya menunjukkan warna birunya, setelah langit benar-benar hilang oleh kegelapan dan pertanda terkumandangnya adzan isya' dan terlaksananya sholat isya' berjamaah di masjid dusun Lengkong toko, ada rasa yang tidak mudah untuk diungkapkan karena terlalu nyamannya saya dan teman-teman dengan keadaan dusun yang menurut saya sudah seperti suasana di rumah Madura. Malam itu ada budaya sebagian masyarakat yang hampir sama dengan budaya Madura, yaitu budaya baca Yasin dan tahlil dari rumah kerumah berbentuk arisan, tapi tidak terselip uang di dalam kegiatan tersebut.

Waktu itu kami berempat saya, Zaki, Abror dan Marwan bersama pak Ulum pergi menghadiri acara pembacaan Yasin dan tahlil dirumah yang nantinya kami kenal rumah pak untung. Seperti biasa bekal kami adalah PAR. 

Tidak henti-hentinya namapaknya kami khususnya saya penasaran dengan kegiatan dan kesibukan dusun Lengkong toko ini yang sepi penduduk ketika siang karena tuntutan profesi petani dan buruh tani dan cukup ramai dan damai ketika malam dengan ibadah-ibadah serta kumandang adzan di masjid-masjid. 

Kami akhirnya berangkat mengikuti langkah pak Ulum yang terus melangkahkan kakinya kearah timur daya, menyusuri beberapa rumah dan melangkah diatas jalan. Berdoalah depan posko melangkah di jalan berpaving dan akhirnya sampai dirumah yang sederhana dan cukup indah. Dari coraknya rumah pak Untung mencerminkan perekonomiannya sudah menengah bahkan sudah dikategorikan kaya.

Setelah segelintir orang berkumpul dirumah pak untung, banyak sekali yang kami ketahui orang-orang tersebut karena sering sholat berjama'ah di masjid. "Ayok mau dimulai yang merokok dimatikan" kata pak Ulum, menandakan acara pembacaan Yasin dan tahlil turunan tiap Jum'at akan segera dimulai. Akhirnya julamlah yang tidak lebih lima belas orang penduduk dusun Lengkong toko kualitas sibuk mematikan putung rokok mereka. Dari itu acara kemudian dimuaoi dengan partisipasi kami di acara yang begitu sakral tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun