Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Catatan Kaki-kaki Nguli (KKN) Dusun

27 Desember 2018   10:56 Diperbarui: 27 Desember 2018   11:12 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Filednote:
Kode file: A1
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: Masjid Lengkong Barat/Desa Merawan/ kec Mayang/kab Jember
Informan: Bapak Maryam
Umur Informan: +_100 tahun
Waktu: Rabu 11 Juli 2018 / 15:30 WIB

Alhamdulillah, Alhamdulillah ucapan yang tidak pernah lepas dari seorang laki-laki lansia, namanya adalah bapak Ahmad atau lebih akrab dipanggil bapak Maryam. Karena kebiasaan orang Madura anak pertama akan dijadikan nama panggilan bagi orang tuanya. Sama dengan bapak Ahmad yang berubah nama menjadi bapak Maryam. Bapak Maryam merupakan sesepuh di desa Lengkong toko di desa merawan kecamatan Mayang. Rasanya memang dari bentuk tubuh yang sudah tidak tegak lagi dan kulit yang keriput sana sini mencerminkan bahwa pak Maryam seperti sudah hidup lebih dari satu abad. Sayapun sangat termotivasi mendengarkan cerita-cerita pak Maryam yang begitu heroik dan sangat kental jiwa patriotisme dan nasionalismenya.

Hiduplah Indonesia raya. MERDEKA!!! Ucap pak Maryam disela-sela ceritanya dalam perjuangannya sebagai pemuda yang ikut merasakan atmosfer kolonialisme di Indonesia. Tak terasa didepan masjid setelah saya sholat asha di masjid Lengkong Tokor, saya mendapatkan suntikan semangat bahwa perjuangan Indonesia Tempo dulu perlu untuk diteladani dan dijadikan motivasi dalam menjaga keutuhan NKRI. Dulu yang berjuang adalah sesepuh kita, sekarang bagaimana menjaga dan melestarikan warisan kemerdekaan tanah air Indonesia.

Ditanya soal pendidikan, pak Maryam mengatakan "orang dulu itu bodoh" sembari tertawa lepas dan diselingi dengan ciri khas bahasa yang campur aduk antara bahasa Indonesia dan Jawa, tapi yang tidak terlepas adalah rasa syukurnya yang tidak henti-hentinya dia ucapkan lewat ucapan hamdalah pada bibir yang mulai bengkok dengan gigi yang sudah hitungan biji. 

Pak Maryam kemudian melanjutkan ceritanya tentang kemajuan Indonesia dalam bidang pendidikan " kalau dulu, saya sekolah hanya sampai kelas tiga SD,  ya karena memang sekolah dulu hanya ada satu di kecamatan ini, itu pun hanya sampai kelas tiga saja" itu yang membuat anak-anak bangsa sekarang kalah jauh dari semangat juang dan pendidikan orang-orang tempo dulu. "Kalau sekarang sekolah sudah banyak, kalau anak-anak gak rajin berarti minta dipukul" lanjut pak Maryam dengan ceritanya yang begitu semangat.

Ditanya soal yang membabat desa Merwan, pak Maryam menegaskan "disini yang babat, dari Madura, namanya pak cempleng dan Bu cempleng, makamnya ada di Lengkong barat. Maka dari itu desa ini di namakan Merwan cempleng" jelas pak Maryam. Sayapun semakin penasaran waktu itu lantas saya melontarkan pertanyaan seperti seorang investigator pertanyaan saya soal perlawanan rakyat terhadap Belanda. Pak Maryam kemudian menjawab agak sedikit kurang nyambung, mungkin karena lansia dan jiwa nasionalisme kental, beliau malah menceritakan bagaimana Belanda menggunakan geranat dalam menghempaskan para pribumi yang kata pak Maryam orang dulu itu bodoh.

Saya pun terpancing untuk menanyakan tentang sejarah tak terlupakan terbunuhnya seorang pejuang kabupaten Jember. Yaitu Mohammad Setuju. Konon saya mendengar pertama kali seruji terbunuh oleh Belanda di kali karang Kedawung karena dijebak. "Seruji terbunuh di karang Kedawung, sana!!" Tegas pak Maryam, pak Maryam menjelaskan bahwa seruji adalah seorang jendral yang berjuang melawan Belanda. Sayapun tidak bisa menggambarkan ketika Indonesia masih bernama Hindia belanda, betapa kejamnya Belanda dalam cerita pak Maryam, juga betapa menakutkannya Indonesia masa orde baru era dan cerita-cerita G30SPKI yang sedikit dijelaskan oleh pak maryam.

Pak Maryam kemudian mengalihkan pembicaraan mengenai jumlah anaknya yang sudah tujuh. Mereka semua sudah berkeluarga semua kata pak Maryam, kemudian perbincangan kami harus terhenti ketika, pak Maryam di jemput oleh istrinya Bu Maryam karena di rumahnya ada tamu yang sudah menunggu.

Kode file: A2
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: Rumah Bapak Sudar
Informan: Bapak Sudar (SU), Bapak Ri (Ri), Bapak Amir (Ir)
Umur informan: 58, 45, +_100
Waktu: 12 Juli 2018/16:00 WIB

Sore, dimana aktivitas dusun lengkong toko sepi oleh penduduk, seperti biasa masyarakat desa Merwan khususnya dusun lengkong toko menyibukkan dirinya masing-masing dengan pekerjaannya mencari nafkah termasuk diantaranya pergi bertani Kesawah. Kamis sore kami berempat menyusuri jalan setapak untuk menemui pak Sudar sebagi kepala RT di kompleks kami tinggal. Saya, rofiki, Abror dan Marwan akhirnya bisa bertemu dengan dua orang yang satu laki-laki lansia dan yang satu masih paruh baya, yang akhirnya kami kenal sebaiknya pak RI dan pak Amir.
Kamipun dipersilahkan duduk di kediaman pak Sudar yang berkeramik putih dan berdinding abu-abu. Rumah pak sudar mewah dan sederhana. Sehingga kesan kami pada pandangan pertama terhadap rumah penduduk belakang pagar kontrakan kami, adalah "penduduk" kompleks ini sejahtera dan kaya-kaya, rumahnya bagus-bagus". Kami berempat kemudian dipersilahkan duduk di kursi yang bersofa setengah empuk, dengan ornamen kayu ukir yang enak dipandang. Rumah pak Sudar memang cukup enak dipandang karena perpaduan warna abu-abu clasic dan putih memberi kesan indah menawan.
"Dari mana saja ini" tanya pak sudar
"Ini jauh-jauh de, ada yang dari Madura, Lombok, Situbondo dan Kalibaru" jelas pak Ri kepada pak Sudar.
Karena sebelumnya kami memang telah berkenalan dengan pak RI dan pak Amir maka, pak RI yang berprofesi sebagai supir truk menjelaskan kepada pak Sudar. Kami pun saling bersalaman bergantian kepada pak Sudar.

Tak berselang beberapa lama, susu hangat pun dikeluarkan sebagai jamuan kepada kami sore itu. Akhirnya kesan pertama yang dapat dipetik dari wawancara kami dengan beliau para bapak yang sudah mengerti tentang arah kehidupan dan akan menuju kematian. Perkataan yang paling membuat alangkah berdosanya saya dan mungkin para teman-teman saya waktu itu adalah perkataan pak Sudar yang mengatakan "nyawa itu diculik, tidak ada obatnya kalau sudah kematian tiba." Pak Sudar memang cukup berfilsafat sore itu, khususnya tentang filsafat kehidupan. Kesannya kami sedang berbicara dengan filosof atau ahli sufi pada sore itu. Sungguh luar biasa mereka.

Pak sudar memang kehilangan seorang putri pertamanya, yang meninggal akibat sakit perut. Tapi, pak Sudar memang cukup lapang dada menerima itu semua, katanya "kalok sudah kemalingan nyawa mau gimana lagi". Sungguh buat hati saya pribadi tersentak dan sadar akan betapa lalainya saya dalam persoalan ibadah. 

Yang membuat hati tersentuh adalah nasehat pak Sudar yang ringan akan tetapi bermakna terhadap saya. Yaitu tentang syurga dibawah telapak kaki ibu "khormatilah orang tuamu, kalau hanya bapak belum seberapa, tapi ibunya sampean-sampean jika masih ada sering-seringlah sungkem" kata pak Sudar. Tradisi membasuh kaki ibu kemudian air basuhan tapak kaki ibu diminum itu sudah banyak menyebar di adat Jawa bahkan mungkin di Indonesia. Tercermin dimadura terdapat kebiasaan seperti itu dan disini di Jember tepatnya di dusun lengkong toko juga tidak asing hal seperti itu.

Perkataan pak Sudar kemudian sampai kepada permasalahan yang sebenarnya hampir sama dengan permasalahan masyarakat lain. Yaitu, anaknya yang kedua memang putus sekolah sejak SMP. "Umurnya masih kecil sekali sudah berhenti" ucap pak Sudar. Pak RI dan pak Amir sesekali mengeluarkan kata-kata seakan-akan mendukung perkataan pak Sudar, bahwa intinya adalah penyesalan akan tiba pada waktunya, juga orang tua pernah bujang dan mengalami masa-masa nakal terhadap orang tua dan jangan pernah membodohi orang tua selagi ada.

Ternyata permasalahan yang patut menjadi perhatian saat ini tidak hanya di Lengkong toko mengenai kenakalan remaja dan putus sekolah di waktu sangat dini. Dimana-mana banyak regenerasi bangsa saat ini cukup nakal hingga bermain dengan hal-hal haram seperti mabuk-mabukan minum arak, sabu-sabu dan hal lain yang sebenarnya itu akan menghancurkan moral bangsa. Bagaimana bangsa Indonesia kedepannya jika anak mudanya sudah tidak peduli akan dirinya dan nasib bangsanya. Budaya putus sekolah mengintip keterangan dari pak Sudar adalah persoalan yang sebenarnya harus di kurangi atau bahkan dibuang jauh-jauh.

Kode file: A3
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: Masjid Lengkong Barat/Desa Merawan/ kec Mayang/kab Jember
Informan: Bapak Ul
Umur Informan: 55
Waktu: Jumat 13 Juli 2018/ 23:00 WIB

Malam Sabtu, atau hari Jum'at sekitar jam 23:00 saya akhirnya bisa mendengar dan berkenalan dengan bapak Ul, pertemuan itu diawali karena ramainya rapat yang kami berduabelas laksanakan. Dari pembahasan maping, transektor, diagram alur, diagram ven, dan segala hal yang kami harus konsep sebagus mungkin. Dari perbincangan didepan posko yang begitu akrab dan dinginnya suhu desa Merwan menambah kesan yang sulit terlupakan. 

Saya dan teman saya mencoba menanyakan segala hal yang dapat ditanyakan kepada pak Ul sebagai warga dusun lengkong toko. Yang tidak luput dari pertanyaan kami malam itu adalah persoalan ekonomi masyarakat desa Merwan khususnya dusun lengkong toko.
"Pekerjaan saya tani, juga kerja sampingan sebagai buruh pengeruk pasir, disana" kata pak Ul sembari tangannya menunjuk ke arah barat. Dia menjelaskan bahwa dia bekerja sebagai tani dan pengeruk pasir di barat, tepatnya perbatasan Merwan dengan Ajung. Pak Ul  sedikit gemuk orangnya. 

Dengan perawakan yang begitu menyenangkan, akhirnya tidak terasa dinginnya udara malam itu. Apalagi ditambah dengan camilan dan secangkir kopi yang sepertinya sangat dinikmati oleh pak Ul. Dia sangat menghargai bagaimana kedatangan kami sebagi mahasiswa KKN.
Secara tidak langsung, soal ekonomi di dusun lengkong toko begitu sejahtera dan makmur. Terbukti dari mengiyakannya pak Ul atas pernyataan kami mengenai kesejahteraan perekonomian masyarakat dusun lengkong toko. 

Dibuktikan dengan lahan-lahan pertanian yang begitu luas di dusun lengkong toko ini. Sesampainya bercerita tentang perekonomian masyarakat yang memang identik dengan pertanian dan pekerja pabrik, kamipun kembali bertanya soal pendidikan. Pak Ul pun memaparkan sebagian dari pemuda Lengkong toko putus sekolah, tapi dia bersyukur anaknya masih bisa lulus SMK pertanian.

Beralih kepada cerita anak pak Ul yang lulus SMK kemudian pada akhirnya bekerja di Indomaret selama satu tahun. Tapi, kemudian anak pak Ul berhenti dan sampai sekarang fokus di pertanian. Dan tutur pak Ul anaknya dalam bertani selalu mengalami nasib beruntung, karena hasil panen yang melimpah. Menurut pak Ul banyak variansi tanaman pada pertanian di Lengkong toko ada padi, ada tembakau, terong, cabe dan lainnya. Sehingga fikir saya banyak hal yang bisa dimanfaatkan untuk memperkaya produktifitas hasil pertanian dan variansi tanaman pangan di dusun lengkong toko ini.

Sayapun akhirnya harus berhenti lebih awal dari perbincangan ekonomi dan pertanian pak Ul. Karena malam itu mata sudah tak henti-hentinya mengajak untuk terlelap. Sudah semangat bertanya dan rasa penasaran soal dusun lengkong toko, akhirnya harus usai karena saya tertidur dan tidak mendengar lagi suara pak Ul yang meneruskan perbincangan bersama teman saya.

Kode file: A4
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: Masjid Lengkong Barat/Desa Merawan/ kec Mayang/kab Jember
Informan: Bapak Mega
Umur Informan: 50
Waktu: Sabtu 14 Juli 2018/ 08:45 WIB

Pagi itu Lengkong toko dingin seperti biasa, namun lambat laun dinginnya pagi sudah tidak terasa pada jam 09:00 WIB, saat itu rencana menyusuri dan mengeksplor batas-batas dusun akhirnya tercapai sesuai dengan rencana. Layaknya kami bagaikan ekspedisi ataupun Boden Powell yang akhirnya melahirkan gerakan Pramuka. Tapi lebih cocok kami saat itu dianalogikan dengan acara my trip my adventure karena kami, khususnya saya benar-benar dibuat terpesona dengan kekayaan alam Lengkong toko. Benar apa kata nyanyian tanah kita tanah sorga, tongkat ditanam jadi tumbuhan. Itu semua dapat di wujudkan di negara tropis yaitu Indonesia tercinta, khususnya dusun lengkong toko yang begitu luas areanya.

Perjalanan kesebelasan penghuni posko untuk menyusuri batas-batas dusun dimulai dari posko kami 33. Kenapa kami bersebelahan pagi itu, karena formasi lengkap dua belas tidak tercapai karena ada satu calon ibu muda di posko kami. Kami pun memulai ekspedisi kami melalui jalan-jalan setapak ke arah Utara. Hingga akhirnya sampai pada pekarangan masyarakat dusun Merwan. 

Kami cukup bahagia waktu itu. Masyarakat dusun lengkong toko yang begitu welcome terhadap kami memberi kesan seperti kerabat sendiri. Bertemulah kami dengan bapak-bapak dan orang tua yang sedang merawat domba dan sapinya dikandang, mereka cukup ramah dan akrab dengan kami, meskipun kami orang baru di Lengkong toko ini, mungkin faktornya juga karena pak Mega bersedia mendampingi kami.
"Irigasi ini batas dusun lengkong toko, di utaranya, sudah dusun Rowo" pak Mega menjelaskan.

Ma'rifatul Izza yang bertugas mencatat jumlah rumah dan akses jalan mencoba menghitung jumlah rumah dan mencatatnya ke kertas yang dibawanya. Akhirnya kamipun sampai ke sawah setelah menyusuri saluran irigasi yang terus mengalir dengan tenang ke arah barat, tepatnya kearah sawah. Pemandangan pertama ketika sampai di sawah adalah hamparan hijau yang cukup jauh, tanaman padi yang mendominasi sawah memberi kesan asri dusun lengkong toko. Dan mencerminkan petani di Lengkong toko cukup terberkati oleh anugerah Allah melalui sawah-sawah mereka. Selain dominasi tanaman padi, ada beberapa sawah yang di tanami jagung, tembakau, terong dan juga Lombok.

Berjalan di pinggir sawah dengan ditemani suara gemuruh air irigasi memberikan sensasi nyaman untuk dirasakan dan memberikan ketenangan. Tidak terasa kamipun sampai pada pertengahan batas dusun lengkong toko. Batas barat Lengkong toko bisa dilihat dari tengah sawah sehingga tidak susuah-susah pak Mega menunjukkan telunjuknya sembari berkata. " Itu di sebelah barat batas baratnya dusun lengkong toko dan di barat daya sungai itu batas dari desa Merwan" kamipun akhirnya diajak kembali oleh pak Mega ke posko. Karena cukup jauhnya akses ke barat dan membutuhkan waktu yang terlalu lama jika berjalan kaki. Kamipun berputar arah menuju batas timur dusun lengkong toko.

Setelah menyusuri batas Utara dusun diatas irigasi, kami akhirnya sampai di batas timur Lengkong toko setelah melewati beberapa rumah dan sekolah taman pendidikan anak usia dini (PAUD). Sampailah kami di batas timur dusun lengkong toko. Dimulai dari batas timurdaya di sudut lapangan sepak bola desa Merawan, batas Utara berbatasan dengan dusun Rowo, batas timur dengan dusun Gumuk Suda setelah jalan utama desa merawan. Singkat cerita kami sampai di posko kembali jam 11:00 WIB dengan keadaan setengah letih. Kamipun diajak pak Mega untuk menyusuri batas-batas dusun lengkong toko di arah barat dengan menggunakan sepeda. Dengan menggunakan sepeda kami akhirnya berangkat bersama-sama dengan enam sepeda.
Di perjalanan ada makam yang tampaknya tempat pemakaman umum di dusun lengkong toko. Ada satu rumah yang cukup jauh dari penduduk, 100 meter di sebelah barat posko kami. Kami akhirnya sampai pada akses jalan menuju rumah pak Dusun bapak Yudi. Akhirnya makam pak cempleng dan Bu cempleng seperti yang diceritakan pak Maryam dapat kami kunjungi. Makam tersebut memang cukup tua nampaknya, terlihat dari ornamen dan model makam yang terlalu sederhana dan sudah menghijau ditumbuhi lumut-lumut. Dari situ kami melanjutkan perjalanan di batas tenggara Lengkong toko yang berbatasan dengan dusun lengkong barat. "Ini rumah pak sekdes dan rumah di selatannya batas tenggara Lengkong toko" tutur pak Mega.
Belok arah ke barat kami disuguhi dengan lahan kebun tebu yang sedang di bajak dengan traktor. Kamipun Samapi ke batas paling barat dusun Lengkong toko yang ditunjukkan oleh pak Mega di sawah tadi. Setalah melewati SD 04 Merawan. Kamipun terus mengikuti pak Mega yang akhirnya kami menyusuri akses tembusan ke balai desa merawan. Melalui jalan yang berdebu dan berkerikil sekitar 15 menit, kami akhirnya sampai di balai desa merawan dan melanjutkan perjalanan pulang ke arah posko. Kesan yang mendalam yang ada dibenak saya khisunya, betapa luasnya dusun Lengkong toko. Yang menurut saya layak menjadi Desa yang otonom.
Kode file: A5
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: Rumah Bapak Yudi
Informan: Bapak Yudi
Umur Informan: 48
Waktu: Sabtu 15 Juli 2018/ 20:30 WIB
Malam itu desa merawan cukup dingin. Udara dingin sepertinya menusuk ke tulang-tulang bahkan ke sum-sum. Kami para keluarga posko 33 suadah akan mengadakan jaji bertemu dengan pak Yudi selaku kepala dusun Lengkong toko. Dari posko kami pun berangkat bersama-sama ke rumah pak Yudi, selain tujuan kami untuk bersilaturahmi kami juga ingin menanyakan nama-nama ketua RW dan RT di dusun Lengkong toko ini. Berselang beberapa menit setelah melewati jalan gelap tanpa terang bulan dan bintang, melewati sedikit jalan rusak dan jalan setapak, kami akhirnya sampai dirumah pak Yudi.
"Assalamualaikum 3x"
Sayapun berucap salam didepan rumah pak Yudi yang pada malam itu begitu sepi dan pintunya terbuka. Dari luar tampak anak pak Yudi mengendong adiknya, yang mulanya sepertiau keluar akhirnya kedalam lagi, karena mungkin melihat kami yang banyak waktu itu. Yang ikut ke rumah pak Yudi malam itu selain Fela, karena keadaannya masih sakit dan butuh istirahat. Kesebelasan di formasi kami, ditambah lagi Mustofa dan Apin anak kecil yang sering bermain di posko kami, juga tidak mau luput dari momen dengan kami. Setelah menunggu beberapa saat, ibu tua yang sepertinya adalah ibu dari bapak Yudi atau mungkin mertuanya, begitu sangka saya dalam benak saya mencoba eksperimen tanpa dasar ilmiah. Menyangka.
"Mari masuk, bapaknya sek keluar, arisan" ucap beliau kepada kami
"Oh enghe bu" kami pun menjawab dengan pelan.
Karena kami sebelumnya memang menelfon lewat kordinator Rofiki, akhirnya kami masuk dan menunggu beberapa saat pak Yudi yang sedang ada acara diluar. Kebiasaan heboh di posko akhirnya sempat meletus di rumah pak Yudi yang sederhana tapi mewah. Kebiasaan bicara dan tertawa dengan nada tinggi akhirnya terjadi disana, sampai akhirnya ibu pak Yudi keluar mengukuhkan teh hangat kepada kami. Kamipun minum teh tersebut, kalau saya pribadi sebenarnya sudah kenyang dan tidak mau rasanya mulut dan perut ini berekresi. Tapi karena menghargai, mau tidak mau kami meminum teh yang disuguhkan tadi. Sembari menunggu bapak Yudi.
Kira-kira jam 20:45 pak Yudi datang, bersama dengan istrinya. Dengan senyum khasnya pak Yudi dan istrinya menyapa kami dengan santun. "Sudah lama?" Tanya pak Yudi, kamipun menjawab "tidak terlalu lama pak". Kamipun bersalaman dengan pak Yudi dan istrinya. Pak Yudi kemudian duduk di kursi sofa yang memang kami disahkan untuk tuan rumah, kami rela desak-desakan tempat duduk untuk mencari informasi tentang langkong-langkong toko. Dari perbincangan panjang dengan pak Yudi saya mendapatkan keterangan bahwa dusun Lengkong toko ini mempunyai area yang paling panjang di desa Merwan, kemudian Rowo dan Lengkong barat menyusul di bawahnya dalam batas areanya. Di Lengkong toko ini menurut keterangan yang disampaikan pak Yudi penduduknya cukup banyak. Terdapat 6 RW dan 11 RT dengan jumlah kartu keluarga lebih dari lima puluh per RW.
Soal luasnya area dusun memang saya tidak meragukan lagi. Karena saya sudah ikut bersama mengeksplor batas-batas dusun Lengkong toko ini. Kamipun mendengarkan keterangan dari pak Yudi soal masalah desa dan dusun yang luas ini. Pak Yudi menjelaskan bahwa terdapat banyak buruh tani di dusun Lengkong toko ini, termasuk pak Yudi yang bekerja sebagai buruh tani selain Kasun. Banyak sawah di Lengkong Toko tetapi, banyak yang dikuasai oleh satu orang yang menurut keterangan pak Yudi adalah H. Win yang memiliki beberapa hektar sawah di dusun lengkong toko dan desa merawan. Setelah beberapa saat pak Yudi akhirnya membuka permasalahan penduduk yang terjadi di desa Merwan dan Lengkong Toko. Masalah yang pertama adalah soal perselingkuhan yang terjadi terhadap rumah tangga orang, kedua masalah sengketa tanah, ketiga masalah pendidikan yang rendah, keempat masalah prasangka pelaku santet dan yang kelima masalah kekerasan dan perkelahian. Lucunya kekerasan di Lengkong toko diakibatkan hanya oleh burung dara, lantas mereka salah faham hingga bertengkar dan berkelahi. Menurut keterangan pak Yudi, kemarin sampai ada yang pelipisnya sobek akibat berkelahi karena salah faham soal burung dara.
Yang namanya kehidupan bermasyarakat memang tidak terlepas dari problematika. Problematika hal yang lumrah terjadi, tatapi bagaimana cara kita mengatasinya itu yang harus keluar dari kata lumrah. Maka dari hal tersebut dibenak saya manusia masih saja menganggap dirinya dan manusia lain bukan manusia, tidak mengunakan hati nuraninya untuk sama-sama berfikir secara sehat, saling menghargai, saling mencintai, menyayangi, menjaga, bersauda, hidup rukun dan saling berdampingan untuk menciptakan kehidupan yang aman dan nyaman. Tidak terasa waktu pun cukup membuat tidak enak pak Yudi dan keluarga karena terlalu malam. Akhirnya sekitar jam 22:00 kami pamit pulang ke posko kepada pak Yudi dan keluarga.
Kode file: A6
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: rumah mas Roni dan sawah
Informan: Mas Roni
Umur Informan: 21
Waktu: Rabu 18 Juli 2018/ 11:02 WIB
Siang dikala debu berhamburan kesegala penjuru dusun, kami mencoba menyusuri kembali dusun Lengkong toko demi hal yang urgen, yaitu mengenai data penting yang akan menjadi pondasi penting dalam menyusun maping dusun, laporan penelitian, program dan segala hal yang terkait dengan PAR. Kamipun memulai perjalanan menyusuri batas-batas lengkong toko, tujuan pertama kami waktu itu adalah area rumah pak kepala dusun. Kami akan meneliti bagaimana keadaan rumah dan jumlah rumah serta berapa sebenarnya jumlah keluarga di area sana. 

Kamipun coba lewat dan akhirnya sampai pada area paling ujung barat Lengkong toko setelah memperoleh data di area pak kepala dusun. Rasanya kami pada waktu itu sudah seperti tukang tarik pajak ataupun yang lebih lucu perkerja bedah rumah atau uang kaget pada acara televisi. Tapi, bedanya mungkin kami lebih tidak modis dibandingkan. Mereka. Seperti biasa rombongan kami kurang lengkap, salah satu teman ada yang hamil dan salah satu teman lagi ada yang PPL di bank.

Setelah sepertinya lama, para teman-teman perempuan coba menghampiri ibu-ibu yang sedang duduk-duduk santai di haltar rumah mereka. Kesannya mereka sedang bersantai atau entah tidak tahu lah apa. Para perempuanpun mencoba menunjukkan maping yang sudah kami rancang setelah kami tracking kemarin bersama pak Mega. Hal yang positif ketika bertanya langsung terhadap para masyarakat yang notabennya sudah lama menjadi masyarakat di dusun lengkong toko, adalah kebenaran data yang kami inginkan akan lebih akurat adanya. Jadi, kami tidak henti-hentinya berusaha bertanya dengan penuh keinginan tahuan kami.

Yang unik adalah para laki-laki yang jumlah sebenarnya ada lima orang, akan tetapi satu teman balik karena mau adzan di masjid. Kamipun duduk di pekarangan rumah yang akhirnya kami mengetahui rumah tersebut adalah rumah mas Roni. Pekarangan yang cukup luas, berdebu cokelat dan ada toko sembako di depan rumah mas Roni. Kamipun ngobrol santai dengan mas Roni. Setelah beberapa saat mas Roni bilang bahwa dia juga mahasiswa di universitas Jember (UNEJ) fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Mas Roni akhirnya bercerita banyak hal soal ekonomi penduduk yang memang rata-rata menengah kebawah. 

"Kalau ekonomi disini menengah kebawah itu mas" pungkas mas Roni, yang perawakannya tidak terlalu tinggi dengan rambut lurus dan disisir kesamping kanan. Kamipun saling bertukar cerita soal pengalaman sebagai mahasiswa. Dan sampai puda cerita mas roni yang betul-betul unik mengenai budaya, yaitu budaya lamaran pertama atau pinangan pertama pada seorang perempuan mau tidak mau harus diterima, katanya mitos dimasyarakat dusun Lengkong toko di area barat jika ditolak maka perempuan itu akan sulit mendapatkan suami. Persoalan nanti terus ke pelaminan atau tidak itu hal belakangan. Hal demikian dimadura diistilahkan dengan sangkal.

Setelah cukup lama ngobrol kemana-mana, kami akhirnya putar arah ke timur dan ke Utara pada jalan kebun kosong sisa pertanian tebu. Kami mencoba menyusuri daerah yang anggapan kami terisolasi karena cukup terpencil memang adanya. Rumah itu terletak di barat daya. Kami tancap gas sepeda motor kesana. Seperti biasa ketika akan sampai di perumahan tersebut, ketidak meratakan infrastruktur jalan di desa merawan dapat dirasakan. 

Ada seratus meter berpaving dan tak kurang sekitar seratus lima puluh meter jalan rusak berdebu. Kamipun sampai pada pekarangan rumah tersebut. Kesan pertama pada benak kami, rumah ini cukup jauh dari yang lain dan berada dipinggiran sawah. Para teman-teman perempuan akhirnya terus kepekarangan rumah tersebut, hingga akhirnya bertemu dengan orang-orang lansia dan tua. Akhirnya merekapun mencari data guna menyokong PAR yang dijadikan pesangon oleh kampus.

Saya dan teman-teman laki-laki akhirnya menghampiri dua orang petani yang sedang santai di pinggir sawah, terlihat salah satunya sedang sibuk memberi urea terhadap tanaman tembakaunya yang kurang merata pertumbuhannya. Kamipun akhirnya ngobrol dengan dua orang petani tersebut, kalau tidak keliru namanya adalah pak Huda, harap dimaklumi karena ingatan saya cukup lemah dalam hal mengingat nama. 

Dia bercerita soal familinya yang berasal dari Madura, pantas saja dia cukup mengenali daerah-daerah Madura khusunya Sumenep daerah saya. Kamipun penasaran dengan umur tanaman tembakau, dan jawaban dari petani tersebut cukup memperihatinkan. Tanaman tembakaunya terkena hama, dan sepertinya bukan tumbuh, melainkan sebaliknya malah menyusut kuning dan mengecil kemudian mati kering. Katanya tembakaunya sudah ditanam sejak bulan puasa. 

Jika, normal tentunya tembakau tersebut sudah cukup tinggi dan berdaun hijau indah. Kamipun menanyakan soal kebiasaan para petani yang seperti tidak serentak menanami lahan sawah mereka terhadap satu varian tanaman, semisal semua lahan ditanami padi semua atau tembakau semua seperti pada daerah yang besar pertaniannya. "Para petani di dusun Lengkong toko memang memiliki kebiasaan bercocok tanam tidak sama diantara petani yang satu dengan yang lain. Hal itu mengapa disini memang cukup tidak beraturan tanamannya" pungkas pak tani yang kami temui di sawah mereka.

Tidak terasa waktu semakin siang, matahari yang mulai sejajar dengan badan tegap cukup menunjukkan keperkasaannya atas kekuatan terik yang diberikan oleh Allah SWT. Kamipun menghampiri teman-teman perempuan kami yang sudah selesai merampungkan wawancara mereka dengan orang-orang di tempat yang terisolasi dari keramaian dusun Lengkong toko. Kami pun balik ke posko dengan melewati beberapa macam jalan. Berkerikil, berdebu, berpaving, beraspal, beraspal tapi mengelupas dan berbatu. Kamipun sampai di posko dengan keadaan yang lelah tapi menyenangkan dan melegakan karena adaptasi kami pada masyarakat kami nilai sudah 35 % berhasil.

Kode file: A7
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: rumah pak untung
Informan: Pak Untung
Umur Informan: 50
Waktu: Rabu 19 Juli 2018/ 19:30 WIB
Malam itu setelah langit benar-benar tidak berdaya menunjukkan warna birunya, setelah langit benar-benar hilang oleh kegelapan dan pertanda terkumandangnya adzan isya' dan terlaksananya sholat isya' berjamaah di masjid dusun Lengkong toko, ada rasa yang tidak mudah untuk diungkapkan karena terlalu nyamannya saya dan teman-teman dengan keadaan dusun yang menurut saya sudah seperti suasana di rumah Madura. Malam itu ada budaya sebagian masyarakat yang hampir sama dengan budaya Madura, yaitu budaya baca Yasin dan tahlil dari rumah kerumah berbentuk arisan, tapi tidak terselip uang di dalam kegiatan tersebut.

Waktu itu kami berempat saya, Zaki, Abror dan Marwan bersama pak Ulum pergi menghadiri acara pembacaan Yasin dan tahlil dirumah yang nantinya kami kenal rumah pak untung. Seperti biasa bekal kami adalah PAR. 

Tidak henti-hentinya namapaknya kami khususnya saya penasaran dengan kegiatan dan kesibukan dusun Lengkong toko ini yang sepi penduduk ketika siang karena tuntutan profesi petani dan buruh tani dan cukup ramai dan damai ketika malam dengan ibadah-ibadah serta kumandang adzan di masjid-masjid. 

Kami akhirnya berangkat mengikuti langkah pak Ulum yang terus melangkahkan kakinya kearah timur daya, menyusuri beberapa rumah dan melangkah diatas jalan. Berdoalah depan posko melangkah di jalan berpaving dan akhirnya sampai dirumah yang sederhana dan cukup indah. Dari coraknya rumah pak Untung mencerminkan perekonomiannya sudah menengah bahkan sudah dikategorikan kaya.

Setelah segelintir orang berkumpul dirumah pak untung, banyak sekali yang kami ketahui orang-orang tersebut karena sering sholat berjama'ah di masjid. "Ayok mau dimulai yang merokok dimatikan" kata pak Ulum, menandakan acara pembacaan Yasin dan tahlil turunan tiap Jum'at akan segera dimulai. Akhirnya julamlah yang tidak lebih lima belas orang penduduk dusun Lengkong toko kualitas sibuk mematikan putung rokok mereka. Dari itu acara kemudian dimuaoi dengan partisipasi kami di acara yang begitu sakral tersebut. 

Yang cukup aneh di benak saya, ada hal yang tidak sama dengan kebiasaan baca Yasin dan tahlil dengan di Madura rumah saya. Di acara tersebut bacaan-bacaan surat al,-ikhlas, al-falaq, al-nas dibaca sebelum bacaan tahlil kemudian dilanjutkan ke Yasin dan di akhiri dengan pembacaan tahlil serta doa. Berbeda dengan di Madura yang diawali dengan pembacaan Yasin, surat pendek bacaan tahlil yang menurut saya lengkap. Dapat dirasakan bacaan-bacaan di acara tersebut cukup singkat dan tidak lama.

Akhirnya doapun dibacakan oleh pak Ulum menandakan akhir baca-bacaan dan pujian terhadap Tuhan akan segera di selesaikan. Setelah bacaan selesai begitu ramahnya penduduk dan tuan rumah pak Untung, "mari silahkan makan" mempersilahkan hidangan yang sudah dipersiapkan oleh tuan rumah pak Untung. Ada beberapa makanan pada saat itu, sehingga membuat kami ragu-ragu untuk memakan jajanan-jajanan tersebut. Tapi, apalah daya sikap tubuh boleh berkata bohong, tapi lidah tidak bisa bohong. Kami akhirnya ikut menemani para anggota acara rutinan tersebut dengan ikut memakan makanan-makanan yang telah disuguhkan.
Akhirnya kami ditanya alamat oleh bapak-bapak waktu itu, diantaranya pak Untung sebagai tuan rumah. Ditanya alamat kamipun memperkenalkan alamat kami, Zaki dari Gresik, Abror dari Banyuwangi, Marwan dari Lombok dan saya dari Madura. Ternyata setelah kami menyebutkan alamat kami, ada hal yang membuat orang madura terkenal merantau dan ada di setiap daerah di Indonesia. Ada salah satu anggota acara rutinan tersebut dari Madura tepatnya kabupaten Pamekasan bahkan beberapa orang.
Kamipun berkenalan dengan pak untung tuan rumah acara tersebut. Setelah perbincangan singkat pak untung menyebutkan bahwa profesinya adalah sebagai pekerja bengkel dan sudah punya usaha bengkel sendiri. Ada hal yang cukup menjadi etos kerja bagi kami, yaitu pengalaman pak untung merantau ke profesi Papua untuk memperkenalkan bakat dan keahliannya sebagai pekerja bengkel. Ada pelajaran berharga dari curhatan pendek pak Untung kepada kami, bahwa sebenarnya penyesalan itu tidak datang di awal melainkan di akhir adanya. Pak Untung sebetulnya adalah mahasiswa di universitas Jember yang lebih akrab disebut (UNEJ). Akan tetapi dari ungkapannya dia dulu tidak rajin dan akhirnya berhenti. Pak Untung dulu angkatan 1994. Kalau diperkirakan saya pribadi belum ada di dunia.
Dari berbagai cerita profesi pak Untung, dia juga memperkenalkan sertifikat yang diperolehnya dari Yamaha motor. Pak Untung dulu memang seorang yang cukup hobi dengan motor Kross beserta segala perangkatnya. Maka dari itu karena keseringan dia keluyuran dan tidak serius kuliah di UNEJ, dia akhirnya tidak bisa menyelesaikan studi strata S1 di UNEJ. Tidak diungkapkan jurusan apa pak Untung waktu itu. Yang terpenting dia pernah mencicipi perkuliahan.
Dari bincang-bincang panjang dirumah pak Untung, acara akhirnya ditutup dengan pembacaan sholawat. Menandakan para anggota acara akan segera pergi meninggalkan rumah pak Untung. Terbukti setelah acara ditutup para anggota acara sudah mulai berpamitan pulang ke pak Untung. Kami pun mengikuti pak Ulum yang juga berpamitan pulang terlebih dahulu. Dari itu kami akhirnya pulang ke posko melewati jalan depan rumah pak Sudar. Kamipun memperoleh ilmu yang begitu banyak dari masyarakat dengan tradisi yang cukup majemuk ini. Kamipun sampai di posko kami.
Kode file: A8
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: sawah
Informan: Pak Mus
Umur Informan: 55
Waktu: Rabu 25 Juli 2018/ 07: 45 WIB
Pagi itu langit terang benderang, diwalai dari pagi yang cukup dingin menandakan siang hari akan terik luar biasa

Kode file: A9
Judul: wawancara Land Reform
Lokasi: Taman PAUD
Informan: Pak Mahmud
Umur Informan: 56
Waktu: Rabu 29 Juli 2018/14:00 WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun