Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Klarifikasi Simbolik

30 November 2018   14:30 Diperbarui: 30 November 2018   14:31 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Ahmad Raziqi

"Keraguanlah yang dapat menyampaikan pada kebenaran. Seseorang yang tidak meragukan, berarti dia tidak bernalar. Seseorang yang tidak bernalar, dia sama sekali tidak dapat melihat. Seseorang yang tidak dapat melihat, dia akan tetap dalam kebutaan dan kesesatan" setidaknya demikian terjemahan tulisan Al-Ghazali dalam karyanya Mizan 'Amal  yang dikutip oleh sahabat Dr. Aksinya Wijaya, MA dalam bukunya yang berjudul Nalar Kritis Epistemologi Islam.

Saya adalah Ahmad Raziqi seorang Mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Jember. Sebagai seorang mahasiswa saya bersyukur telah didik oleh berbagai dinamika keilmuan dikabupaten Jember. Sehingga saya mengetahui bahwa kebodohan saya ternyata menjadi identitas saya sejak saya lahir ke dunia. Di kampus saya kemudian dituntut untuk menjadi insan yang religius, intelektual dan profesional dengan tugas mengemban amanah agen perubahan, agen analisis dan agen kontrol yang semuanya saya yakini adalah cara Tuhan dalam mendidik saya untuk berikhtiar agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sebagai seorang mahasiswa di kampus islam, saya akhirnya menjadi bagian dari insan pergerakan. Saya dididik untuk memahami Islam Aswaja dan ilmu bergerak membela kaum tertindas, karena bodohnya saya, pemahaman saya tentang ASWAJA dan pergerakan saya sangat minim bahkan tidak mencerminkan kepribadian insan pergerakan yang sejati dan selayaknya. Tapi, saya memahami bahwa ASWAJA bukan hanya sebatas simbolis semata dan memang harus tertanam mengakar dalam hati maksudnya adalah mencintai Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebatas simbolis nama Muhammad di buat bendera, dilukis didinding dan diletakkan di kubah masjid. Mencintai sahabat nabi dan para ulama' bukan hanya sebatas simbolis dengan memahami hasil perjuangannya terhadap agama Islam dalam bentuk pemahaman secara tekstual, tapi perlu dikontekstulisasikan dalam kehidupan.

Biar tidak panjang lebar membahas soal cinta terhadap agama islam beserta derifasinya yang membuat saya harus kehausan ilmu ditengah kebodohan saya. Saya akan ceritakan mengenai ilmu yang saya dapatkan selepas sholat Jum'at di masjid Al-Fatah, Ajung Jember. Saya katakan saya memang cukup bodoh dalam memahami agama Islam. Apalagi persoalan simbolisasi Islam di berbagai aspek kehidupan. Namun, saya dididik oleh guru-guru saya untuk menghargai ilmu sekecil apapun itu, termasuk saya mengaku Al-gazali adalah guru saya meskipun saya tidak sezaman dengan beliau, saya dapat merasakan bentuk asupan pengetahuan dari beliau dari berbagi sumber buku maupun guru-guru saya, yang masih semasa dengan saya. Meskipun Al-gazali tidak tahu siapa saya, namun saya tetap menganggap beliau adalah guru inspiratif bagi saya lewat guru-guru-guru dan guru hingga ilmunya sampai pada saya. Intinya saya dapat memetik pelajaran berharga dari Al-gazali adalah keraguan akan menuntun kita terhadap nalar dan kebenaran.

Ucapan terimakasih terhadap Bpk Ahmad penduduk di sekitar Masjid Al-Fatah Ajung. Karena berkat nasihatnya tentang simbol-simbol Islam yang perlu untuk disakralkan dalam kehidupan termasuk di antaranya adalah nama AHMAD pada tulisan latin.

"Siapa yang punya sandal?" Tanya pak Ahmad

"Saya Pak" jawab saya dengan hormat

"Itu nama AHMAD disandal hapus, atau jangan dipakai lagi" kata beliau

"Kenapa pak, kan huruf latin?" Kata saya

"Itu nama nabi Muhammad, mumpung ada yang mengingatkan, gak enak dilihat orang tadi" tegas pak Ahmad

"Oh enghe pak" jawab saya

"Kamu anak IAIN, namamu siapa, dari Fakultas apa, semester berapa?"

"Iya saya anak IAIN, saya Ahmad Raziqi, dari FEBI, semester 7" jawab saya

"Oh,, cak Khotib, tinggal dimana?" Pak Ahmad menambah pertanyaan

"Engghe pak, saya tinggal di rayon FEBI,  Jenegan siapa namanya pak? Jawab saya sekaligus bertanya

"Saya Ahmad, saya tinggal di sini, saya syariah, ayok maen-maen kerumah" ujar pak Ahmad sembari menunjuk arah selatan masjid

"Enghe pak, terimakasih banyak" ucap saya sembari meninggalkan masjid Al-Fatah"

Dari perbincangan itu saya mendapat ibarah berharga. Pertama saya jadi paham bahwa Islam itu banyak pemeluknya. Kedua, saya dituntut untuk terus semangat mencari ilmu yang di fardhuhkan yaitu ilmu agama. Ketiga karena saya didik untuk ragu terhadap segala epistemologi agar saya tidak menjadi penta'lid buta maka saya timbul pertanyaan besar "Apakah ajaran Islam itu memang perlu untuk mengagungkan simbol-simbol tentang Islam, termasuk diantaranya adalah simbol Islam yang berupa tulisan latin Indonesia ataupun Arab? Dan benarkah agama Islam itu sudah diambil hakikatnya dalam hati-hati setiap pemeluknya tanpa membesar-besarkan simbol bahwa saya Islam?."

Klarifikasi soal tulisan Ahmad Raziqi pada sandal jepit saya adalah. Berangkat dari emperis yang sudah membuat saya cukup trauma terhadap keadaan sahabat-sahabat saya yang terbiasa menggunakan budaya ghosab itu hal yang lumrah, juga karena sering kali saya kehilangan sandal dalam acara-acara organisasi. Maka, saya memberikan menyuruh teman saya untuk menulis nama saya di sandal jepit saya agar tidak hilang untuk yang ketiga kalinya. Juga karena dinamika ekonomi saya yang elastis tambah kebawah saya dituntut untuk selalu menjaga harta saya selama ditanah rantau. Artinya hal seperti sandalpun saya perlu untuk berhemat dan menjaganya agar tidak terus menerus beli dan membeli. Kejadian seperti tadi buat saya tidak ragu mengkritik kebiasaan buruk sahabat-sahabat saya yang membudayakan ghozab itu seperti hal lumrah bahwa hal itu salah dan saya rasa lebih buruk dari pada kera yang suka mencuri pisang sesama keranya. Dan menunggu jawaban pasti tentang pertanyaan saya diatas tadi agar saya dituntun kepada kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun