Mohon tunggu...
Ahmad Jimli Zidan
Ahmad Jimli Zidan Mohon Tunggu... S1 ILMU HUKUM - UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

untuk saat ini saya sedang mencoba mendalami dan menggemari hobi penulis artikel dengan belajar secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penerapan Teknologi Tepat Guna: Inovasi Alat Penabur Bibit Jagung Untuk Meningkatkan Efisiensi Tanam

19 Juli 2025   23:05 Diperbarui: 23 Juli 2025   13:41 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serah terima alat penanam bibit jagung oleh Mahasiswa Untag Surabaya kepada salah satu petani di Desa Petak, Kecamatan Pacet (sumber: Dokumentasi 

Di tengah tantangan ketahanan pangan global dan makin sempitnya lahan pertanian produktif, sektor pertanian nasional membutuhkan terobosan nyata. Salah satu kunci untuk menjawab persoalan klasik yang kerap menghantui petani kecil di Indonesia-seperti keterbatasan tenaga kerja, efisiensi waktu tanam, dan produktivitas lahan-adalah melalui penerapan teknologi tepat guna. Salah satu inovasi yang layak diapresiasi dan diperluas penerapannya adalah alat penabur bibit jagung sederhana yang hemat biaya namun efektif meningkatkan efisiensi tanam.

Sebagai upaya mendukung pengembangan teknologi ini, maka program Pengabdian Masyarakat Reguler 7 Sub-Kelompok 5 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya telah melaksanakan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan terkait penggunaan alat penabur bibit jagung kepada petani jagung. Kegiatn tersebut berlangsung pada 15 Juli 2025 di perkebunan milik Bapak Arif, yang terletak di Dusun BalongKenongo, Desa Tanjungkenongo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mejokerto. Melalui kegiatan ini, para petani jagung di dusun tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi tanam bibit jagung sekaligus berkelanjutan uaha pertanian mereka.

Jagung merupakan komoditas pangan strategis kedua setelah padi. Namun, dalam praktiknya, masih banyak petani yang menanam bibit jagung secara manual, menggunakan tangan dan alat seadanya. Cara ini bukan hanya memakan waktu dan tenaga, tetapi juga rawan menghasilkan jarak tanam yang tidak seragam, yang pada akhirnya menurunkan hasil panen. Dalam konteks ini, kehadiran alat penabur bibit jagung yang dirancang secara ergonomis dan dapat dioperasikan oleh satu orang petani menjadi solusi yang sangat relevan.

Alat ini bekerja dengan prinsip sederhana: membuka lubang, menaburkan satu butir benih, lalu menutup lubang secara otomatis. Proses tersebut berlangsung dalam satu langkah gerakan dorongan maju. Keuntungan lainnya adalah alat ini tidak bergantung pada bahan bakar atau listrik, sehingga sangat sesuai diterapkan di daerah pedesaan terpencil.

Penerapan teknologi tepat guna semacam ini mencerminkan pergeseran paradigma pembangunan pertanian: dari bergantung pada bantuan besar-besaran dan alat berat mahal, menjadi pendekatan inovatif berbasis kebutuhan nyata di lapangan. Teknologi yang tidak menuntut keahlian tinggi, mudah dirawat, dan menggunakan material lokal adalah bentuk kecerdasan teknologi yang inklusif.

Namun, tantangan utama dalam inovasi pertanian bukan hanya pada penciptaan teknologi, melainkan juga pada aspek diseminasi dan penerimaan masyarakat tani. Banyak inovasi hebat gagal diadopsi karena minimnya pendampingan atau karena dianggap rumit dan tidak familiar. Oleh karena itu, perlu keterlibatan aktif dari akademisi, penyuluh pertanian, serta dukungan pemerintah daerah untuk mendorong penggunaan alat ini secara luas.

Selain itu, integrasi alat penabur ini ke dalam sistem tanam terpadu juga membuka peluang sinergi dengan teknologi pertanian lainnya-misalnya penggunaan pupuk organik granul yang bisa ditebar bersamaan, atau sistem pengairan hemat air yang ditanam bersamaan dengan benih.

Kita tidak boleh terus-menerus bergantung pada solusi dari luar negeri atau teknologi impor. Kemandirian bangsa dalam sektor pangan akan semakin kuat bila kita mampu mengembangkan, menggunakan, dan mengapresiasi inovasi lokal seperti alat penabur bibit jagung ini. Di tangan petani yang tepat dan dengan dukungan sistemik, alat sederhana ini bisa menjadi simbol revolusi kecil yang memberi dampak besar bagi ketahanan pangan nasional.

Sudah saatnya kita menempatkan teknologi tepat guna bukan sebagai alternatif, melainkan sebagai arus utama pembangunan pertanian yang adil, berkelanjutan, dan merakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun