Mohon tunggu...
Ahmad Jalil Afandi
Ahmad Jalil Afandi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru

Ketika tulisan mengubah pola pikir seseorang, maka disitulah penulis berhasil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum 2022: Harus dari Dasar

1 Januari 2022   18:36 Diperbarui: 1 Januari 2022   18:48 1490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini dunia pendidikan Indonesia sedang ramai membicarakan dengan Kurikulum Prototipe 2022 yang diucapkan oleh Mas Menteri Nadhiem Makarim dalam perayaan Hari Guru Nasional 2021. Meskipun tidak wajib diberlakukan, tetapi perlu dibahas lebih komprehensif. 

Jika prototipe kurikulum tersebut dianggap berhasil ketika diterapkan pada sekolah penggerak, sangat memungkinkan kurikulum ini diterapkan secara nasional.

Sebuah kurikulum mempunyai peran penting bagi masa depan bangsa. Karena di dalamnya berisi arah dan hal-hal esensial yang akan mempengaruhi kualitas SDM bangsa ini. 

Sebagai negara berkembang, Indonesia sudah berulang kali bergonta-ganti kurikulum pendidikan. Terakhir, kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum 2013 dan mengalami penyederhanaan menjadi kurikulum darurat ketika pandemi Covid-19. 

Jenjang SMA atau sederajat merupakan jenjang penting bagi siswa untuk masa depan mereka. Sehingga siswa akan memikirkan matang-matang jurusan apa yang harus diambil. Karena hal itu akan menentukan materi-materi apa yang mereka dapat selama melakukan sekolah di jenjang putih abu-abu tersebut. 

Tapi, banyak sekali siswa yang merasa salah jurusan karena mereka dimasukkan ke kelas yang tidak mereka sukai. Hal tersebut karena mereka dipilih berdasarkan nilai mata pelajaran yang bagus dibandingkan dengan apa yang mereka sukai. Mungkin, dengan adanya kasus tersebut dijadikan alasan untuk perlunya adanya Kurikulum 2022 ini. 

Tapi, kita harus menarik benang merah ke jenjang sebelumnya jenjang SMA atau sederajat, yaitu SMP dan SD. Kedua jenjang tersebut siswa tidak punya pilihan untuk memilih mata pelajaran pilihan yang disukai mereka. Semua mata pelajaran bersifat wajib, termasuk muatan lokal. 

Hal tersebut tentunya kontradiktif dengan Kurikulum 2022 ini. Jika ingin menerapkan pemilihan mata pelajaran dibebankan oleh siswa, seharusnya hal tersebut dimulai dari tingkat SMP dan atau SD kelas atas. Karena mereka tidak terbiasa untuk memilih mata pelajaran secara mandiri. Mata pelajaran yang ada sekarang sudah terlanjur dipilih oleh sekolah dan siswa harus mengikutinya. 

Sehingga mereka perlu dibiasakan memilih sesuatu yang krusial (memilih mata pelajaran) sejak awal supaya tidak ada kebingungan dan rasa menyesal di kemudian hari. 

Jadi, jika ingin Kurikulum 2022 diterapkan, maka seharusnya dimulai dari awal agar mereka terbiasa dan terbentuk tanggung jawab terlebih dahulu.

*jika ada hal yang didiskusikan, silahkan berkomentar di kolom yang tersedia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun