Mohon tunggu...
Ahmad Haiqel
Ahmad Haiqel Mohon Tunggu... Penulis - 𝓼𝓮𝓭𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓲𝓭𝓾𝓻

Selamat datang di medium subjektif, tapi terkadang objektif juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Skandal Anies, Muhammadiyah, hingga ICW yang Dibongkar Netizen Julid

12 Oktober 2021   06:16 Diperbarui: 12 Oktober 2021   06:17 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Twitter/@rokok_indonesia

Wahai netizen pengguna Twitter, sadar nggak beberapa hari yang lalu tweetwar antara nakes, publik figur, netizen julid, cebong, kampret, dan beberapa pihak absurd lainnya lagi terjadi. Pada dasarnya, sih, mereka terbagi jadi 2 tim, antara pro-rokok dan kontra-rokok.

Eh tapi, kok ada netizen "korban politik" yang ikut nimbrung? Nahloh.

Sebenernya, pihak yang secara umum diserang pro-rokok itu para publik figur yang mengampanyekan anti-rokok. Trus, kok, Muhammadiyah sampe Anies ikut diseret?

Pertama-tama kenalin dulu Michael Rubens Bloomberg, pendiri perusahaan media massa sekaligus mantan wali kota New York City selama tiga periode. Michael tercatat sebagai orang terkaya ke-16 di dunia, gengs. Juli 2020, kekayannya tercatat sekitar Rp. 797 triliun.

Perusahaan Bloomberg L. P. yang dipimpin Michael ini sering ngucurin dana untuk akses pendidikan, medis, hingga seni. Nah di dunia medis, Bloomberg juga ngucurin dana untuk kampanye anti-rokok di seluruh dunia. Di Indonesia pun, udah banyak yang kebagian, tuh.

Dana yang totalnya ratusan miliar itu ngalir ke berbagai pihak, dari perguruan tinggi, LSM, sampe sekelas kementerian juga ikut "kecipratan". Nggak ada yang salah, sih. Yang salah itu netizen julid yang nyerang tapi keluar dari konteks. Nah, mari kita bahas argumen recehnya~~

Oiya, netizen suci yang membela rokok dengan argumen akal sehat itu ga usah dibahas dulu, ya. Kita hargai argumennya. Yang ga perlu dihargai itu, netizen julid yang ga punya argumen tapi fafifu wasweswos nebar kebencian.

Juli 2019, atas nama Gubernur Jakarta, Anies Baswedan ngirimin surat secara langsung ke Michael Bloomberg. Isi suratnya, Anies ngasih selamat karena ia terpilih lagi jadi Duta Global WHO untuk Penyakit dan Cedera Tidak Menular, gengs. Selain itu, Anies juga ngabarin Michael kalo Jakarta itu lagi nyusun kebijakan yang berbau anti-rokok gitu.

Nah, beberapa hari ini, netizen julid lagi ngegoreng isi surat itu, gengs. Yang paling bikin sensi, sih, sebut aja akun Twitter @rokok_indonesia yang bilang surat Anies itu buat nyari dana Pilpres 2024.

Kalo boleh berpendapat (tentu boleh dong, ya), logika adminnya carut. Seharusnya pemilik username "istimewa" kaya @rokok_indonesia itu admin dan argumennya juga harus istimewa. Bukannya nyerang dengan argumen apik berbau pro-rokok, isi ulasannya malah berbau dendam politik. Sampe nyebut Anies nyari donoran dari pihak asing dan ga layak dipilih. Hadehh...

Eh, Muhammadiyah belum disenggol, ya.

Nah kalo Muhammadiyah itu, permasalahannya sama, pihak yang nyerang pun juga sama aja, ah.

Pernah denger "pasal pesanan"? Yang maknanya itu, adanya suatu pasal dalam peraturan yang disahkan atas dasar pesanan suatu pihak. Tentu, dengan balasan transferan yang ga dikit-dikit amat.

Nah, Muhammadiyah juga dituding demikian, gengs. Kalo di dunia hukum disebut pasal, di dunia islam perkara ini bisa disebut fatwa.

Pada 2010, Muhammadiyah nerbitin fatwa kalo ngerokok itu hukumnya haram. Karena di waktu yang sama Muhammadiyah baru aja dapet dana dari Bloomberg, netizen julid pun narik kesimpulan bahwa fatwa Muhammadiyah tentang hukum ngerokok itu haram adalah "fatwa pesanan".

Padahal, Muhammadiyah "cuma" nerima dana Rp3,7 miliar dari Bloomberg, gengs. Iya, "cuma" Rp3,7 miliar.

Organisasi sebesar Muhammadiyah yang punya banyak banget aset dan bisnis, uang sebesar Rp3,7 miliar itu ga ada mahal-mahalnya. Apalagi untuk ambil langkah krusial seperti nerbitin fatwa.

Seandainya Muhammadiyah bisa "dipesan" pun, bisa-bisa ngakak kalo cuma dibayar uang segitu. Hadehh...

Tapi tau ga, ketua PP Muhammadiyah bidang kesehatan saat itu, Sudibyo Markus sanggah kalo sejumlah uang itu dari Bloomberg. Bahkan sejumlah uang itu untuk kampanye udara bersih di Indonesia, bukan kampanye anti-rokok.

Sebenernya debat antara si pro-rokok dan kontra-rokok itu seru-seru aja, sih. Meski keseringan pake narasi basi, contohnya si pro-rokok yang bilang, "gula juga atau bahkan lebih berbahaya dari rokok", dan si kontra-rokok yang bilang, "coba uang buat rokok ditabung, lebih bermanfaat", dan jargon-jargon umum lainnya.

Gih, silakan bagi perokok untuk ngerokok. Asal ngerokoknya jauh dari ruang publik. Jangan "terlalu baik" buat bagi-bagi asap rokok kalian, ya.

Kasian yang bukan perokok, udah bau, nyesek, lama kelamaan bisa kena penyakit pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun