Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mirna (1/2)

25 September 2021   10:01 Diperbarui: 25 September 2021   10:02 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain belanja keperluan rumah, beberapa gerai pakaian tampak ia kunjungi dengan antusias. Tanpa terasa hampir jam sembilan saat ia melihat hp-nya. Puas setelah selesai menyalurkan hasratnya, ia pulang dengan membawa satu troli barang belanjaan.

Melaju keluar dari mal tersebut, Mirna memacu mobilnya dengan santai. Tak ada yang ia kejar. Pulang tinggal istirahat. Makanpun sudah sewaktu di food court tadi. Besok tinggal menikmati weekend. Pikirnya sambil mencari gelombang radio yang sesuai mood-nya saat itu.

Setelah berbelok beberapa kali, kondisi jalan mulai agak lengang. Tampak sorot lampu sebuah mobil di belakangnya terpantul jelas di kaca spion dalam dan juga luar. Sambil memperhatikan dengan saksama, ia berujar, "Bukankah itu mobil yang tadi?"

Meskipun malam, ia dapat mengenali mobil van itu karena saat antre keluar dari mal tadi, mobil itu berada persis di belakangnya. Dengan risau ia bertanya dalam hati, "Mungkinkah mobil itu mengikutiku dari tadi?" Seketika ia langsung membantah dugaan itu. "Mungkin saja kebetulan ia searah denganku."

Lama kelamaan kecurigaan itu bukannya hilang tetapi malah kian bertambah. "Apakah ini hanya perasaanku saja?" gumamnya sambil memperhatikan kembali kaca spionnya. Mobil van itu tampak konsisten dalam menjaga jarak dan terus membuntutinya.

"Oh, gimana ini?" ungkapnya panik.

Tak disangka laju mobilnya terpaksa terhenti karena lampu lalu lintas. Dengan cemas ia menoleh ke arah belakang. Terlihat sangat jelas mobil van itu berada persis di belakang mobilnya. Jantungnya berdegup kencang. Dadanya naik turun. Napasnya terengah-engah. Tampak jelas perasaan takut meliputi dirinya.

Tak berapa lama rintik hujan mulai turun. Membuat suasana semakin mencekam.Begitu lampu berkedip hijau, ia langsung tancap gas bak pembalap dalam balapan F1. Mirna lalu memacu mobilnya sengebut mungkin menjauh dari kejaran mobil penguntit itu.

Untuk beberapa saat mobil itu menghilang. Merasa aman, ia mengurangi kecepatan mobilnya. Namun tiba-tiba mobil itu muncul kembali di belakang dalam jarak yang agak jauh. Terkejut mengetahuinya, ia berusaha mempercepat kembali laju mobilnya karena sedikit lagi sampai ke apartemen.

Mobil city car itu berbelok ke kiri masuk ke area apartemen. Sambil membuka kaca mobilnya, Mirna melihat ke satpam yang sedang berjaga lalu menoleh ke belakang. Mobil van itu tampak berjalan pelan seakan mengamati mobil Mirna kemudian berlalu mengambil arah lurus. Mirna menarik napas lega dan langsung menuju gedung khusus parkir penghuni apartemen.

Keesokan pagi, Mirna langsung menelepon ibunya lalu menceritakan peristiwa tersebut. Ibu mendengarkan dengan saksama dan menyatakan kekhawatirannya. Menurutnya, mungkin Mirna sedang lelah sehingga tidak heran merasa seperti itu. Ia berpesan agar jangan terlalu memorsir diri dalam bekerja. Ibu juga menyarankannya untuk cek ke dokter agar tahu kondisi dirinya secara medis. Di akhir obrolannya, Ibu berharap dan berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja.

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun