Mohon tunggu...
Ahmad Gufron
Ahmad Gufron Mohon Tunggu... peneliti madya

menulis dan analisa politik, ekonomi dan pertanian, hukum agama islam

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

swasembada 2 bulan : strategi apa ambisi????

11 Oktober 2025   12:08 Diperbarui: 11 Oktober 2025   12:08 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

4. Strategi Bertahan dari Gangguan

Untuk memastikan swasembada tidak diganggu, tiga strategi utama diperlukan:

  • Transparansi distribusi dan logistik. Jalur pupuk, benih, dan beras harus bisa dilacak secara digital sehingga tidak ada ruang permainan atau penimbunan.
  • Perlindungan harga petani. Bila harga jatuh akibat manipulasi pasar, semangat produksi langsung padam. Pemerintah harus menjamin harga dasar gabah tetap stabil.
  • Stabilisasi impor. Impor boleh dilakukan hanya untuk buffer, bukan untuk melemahkan harga lokal. Regulasi ini perlu dikawal dengan keberanian politik.

5. Etika Pangan: Bekerja Keras, Bukan Bermain Harga

Dalam Islam, kemandirian pangan adalah bagian dari izzah---kemuliaan bangsa. Allah SWT berfirman:

"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil..." (QS. Al-Baqarah: 188)

Ayat ini menegur keras praktik mencari keuntungan lewat cara batil, termasuk permainan harga dan manipulasi pangan. Rasulullah SAW juga bersabda:

"Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang selain dari apa yang ia usahakan dengan tangannya sendiri." (HR. al-Bukhari 2072)

Artinya, keberkahan pangan datang dari kerja keras petani, bukan dari spekulasi atau impor berlebihan. Negara yang ingin mandiri harus menghormati keringat para petaninya.

6. Penutup: Dari Ambisi ke Aksi

Mencapai swasembada dalam dua bulan memang berat, tapi bukan mustahil  jika bangsa ini bergerak bersama, bukan saling curiga. Pemerintah butuh dukungan rakyat, rakyat butuh kejelasan arah. Bila semua bergerak serempak, setidaknya fondasi menuju swasembada yang berkelanjutan bisa dimulai.Namun bila klaim dua bulan hanya menjadi narasi politik, kita akan kembali pada siklus lama: surplus semu, impor berulang, dan petani kecewa dan perlu solusi dan penegakan hukum bagi pelaku pertanian agar terlindungi dari mafia - mafia agen asing yang akan melemahkan upaya Menteri keuangan yang terbaik untuk bangsa.
Kemandirian pangan bukan sekadar target waktu, tapi ujian karakter: apakah kita bangsa pekerja keras, atau sekadar konsumen yang hidup dari pasokan orang lain yang di motori oleh agen -- agen asing yang berupaya menurunkan wibawa bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun