Bukan tentang mencuci pakaian. Ini tentang seseorang yang diam-diam merawat, lewat aroma detergen yang kini terasa begitu personal.
Cinta yang baik tak selalu bersuara. Kadang ia tinggal dalam aroma sabun cuci yang dulu terasa biasa saja.
 Kadang yang paling melekat justru bukan ucapan atau hadiah---tapi wangi detergen di baju yang dilipat dengan penuh perhatian.
Setiap orang punya cara berbeda dalam mengingat seseorang. Ada yang menyimpan foto, ada yang menyimpan pesan, ada juga yang hanya perlu mencium aroma tertentu---dan tiba-tiba, semuanya kembali.
Aku termasuk yang terakhir. Dan aromanya bukan parfum mahal, bukan kopi favorit, tapi... detergen wangi mawar.
Dahulu, setiap akhir pekan adalah waktunya mencuci pakaian. Kamu selalu punya jadwal tetap, cara khusus, bahkan urutan yang tak boleh diubah. Aku sering iseng menggoda, "Kamu tuh kayak iklan detergen berjalan."
Namun kamu hanya tertawa. Sambil menuang detergen ke dalam wadah kecil, kamu bilang, "Biar bajunya enggak cuma bersih, tapi juga nyaman dipakai." Aku tidak terlalu mengerti waktu itu. Bagiku, mencuci ya mencuci saja.
Sekarang, saat aku harus mencuci sendiri, aku baru sadar bahwa mencuci pakaian bukan cuma soal kebersihan. Ada perasaan yang ikut dicampur di situ: perhatian, kerapian, dan ketulusan.
Dan wangi mawar dari detergen itu---wangi yang selalu kamu pilih tanpa pernah diganti---tiba-tiba jadi sangat berarti.
Hal-Hal Kecil yang Jadi Besar Saat Sudah Tidak Ada.
Setelah kamu pergi, banyak hal kecil berubah. Rak sabun jadi lebih kosong. Mesin cuci kadang bunyi aneh karena aku salah atur. Dan tentu saja, pakaian tak lagi wangi seperti dulu. Bukan karena detergennya kurang, tapi karena tak ada lagi kamu yang memilih dan mengaduknya dengan cermat.
Aroma detergen wangi mawar yang dulu kuanggap biasa, kini justru menjadi pengingat yang paling kuat tentang kamu.
Tiap kali aku membilas pakaian dan wanginya menyebar ke seluruh ruangan, aku merasa seperti kamu sedang ada di dekatku---berdiri di depan mesin cuci, melipat pakaian, atau sekadar menegurku karena lupa memisahkan baju putih dan berwarna.
Dari semua hal yang kamu ajarkan, mungkin inilah yang paling terasa:
Merawat itu beda dengan sekadar membersihkan.
Kamu tak hanya mencuci baju agar terlihat bersih, tapi agar terasa nyaman saat dikenakan. Kamu tak hanya memastikan semuanya selesai, tapi dilakukan dengan penuh perhatian. Dan aku belajar bahwa hal kecil seperti mencuci bisa menjadi wujud cinta paling nyata---tanpa kata-kata, tanpa drama.
Kini, aku tetap membeli detergen yang sama. Bukan karena aku tidak bisa mencoba yang lain, tapi karena dari wangi itulah, aku seperti diingatkan:
tentang kamu, tentang perhatianmu, dan tentang segala hal yang pernah terasa biasa---tapi ternyata begitu bermakna setelah kamu tidak lagi di sini.
Kadang, kenangan tidak datang lewat peristiwa besar. Ia datang diam-diam lewat pakaian yang terlipat, cucian yang baru dijemur, atau bau wangi mawar dari detergen yang kamu tinggalkan.
Dan mungkin, dalam hidup ini, kita memang hanya butuh satu aroma untuk bisa mengingat segalanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI