Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Demi Menolong Na, Tak Peduli Meski Terkena ‘Jalan Api Menuju Neraka’

9 Oktober 2015   23:02 Diperbarui: 9 Oktober 2015   23:32 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

isi isi isi isi isi isi isi isi isi

Mu

Jika Kau mau, bawa aku memahami-Mu jauh ke kedalaman nafas yang Kau hembus, jauh ke kekeberuntunan kejadian yang kau tebar ke seluruh semesta. Diam dan rasakan setiap gerak kehidupan, berkelindan amat perlahan di setiap jiwa-jiwa yang mencintai dan dicintai.

Perlahan namun pasti, Bay merasakan aliran hangat muncul dan bergeletar-geletar di bawah pusatnya. Bay berusaha keras untuk tetap tenang, dan mati-matian menahan haru yang menggumpal di relung hati terdalamnya. Rasa haru yang teramat gegap mengingat sebentar lagi ia dapat menyelamatkan Na.

Hanya saja mengingat Na membuat hati Bay sedikit goyah. Terburu-buru ia salurkan lwekang yang mulai tumbuh dan membesar itu ke telapak halus yang tak pernah lepas dari genggamannya. Tapi usahanya terbentur sia-sia.

Sadar akan kesalahannya, Bay membuang segala keduniawian yang menggelayuti pikiran. Dihimpunnya hawa murni dengan lebih sabar, lalu memutarnya ke seluruh tubuh, sambil menyisipkan seketip doa semoga Na mampu bertahan.


Agak terkejut juga Bay merasakan lwekangnya berjalan tak seperti biasanya. Tidak lagi zig-zag, melainkan berputar searah jarum jam, yang lalu berbalik arah serta beberapa kali terasa pecah di tengah untuk kemudian menebar ke seluruh jalan darah secara bersamaan.

Baru saja Bay mencapai titik paling kritis dari penyembuhannya, ketika ia merasa nadi tangan Na berhenti berdetak, membuatnya gagal mempertahankan ketenangan.

Akibatnya cukup fatal. Uap putih halus di ubun-ubun Bay membuyar, dengan bagian tubuh sebelah kiri yang terasa kemeng hingga separuh badan. Agaknya Bay mengalami apa yang biasa dikenal sebagai Jalan Api Menuju Neraka.

Tapi Bay tak peduli. Alih-alih memulihkan terlebih dahulu hawa murninya yang tersesat, Bay justru memaksanya untuk lebih tersalur ke telapak tangan Na. Ia seperti bersicepat dengan maut. Terlambat sedikit saja, bisa dipastikan nyawa Na akan langsung melayang.

Satu kali. Dua kali. Hingga pada kali yang ketiga akhirnya Bay berhasil. Tak dipedulikannya rasa kaku serta sengatan ngilu yang mulai melumpuhkan separuh tubuh bagian atas. Terus menerjang segala rintang: Hanya demi menyelamatkan Na!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun