Mohon tunggu...
Reyhan Subardin
Reyhan Subardin Mohon Tunggu... Geografi 2023 Universitas Lambung Mangkurat

~sebuah karya analisis yang amateur perlahan akan menapaki histori menuju advance.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Proses Pembentukan Gunung Ciremai dan Kajian Identifikasi secara Spasial-Historis

30 Mei 2025   08:51 Diperbarui: 30 Mei 2025   08:58 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentangalam Gunung Ciremai, Kabupaten Majalengka dan Kuningan, Provinsi Jawa Barat (Sumber: perumperindo.co.id)

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sebanyak 400  gunungapi  yang sebanyak 129 diantaranya berstatus gunung berapi aktif. Kehadiran gunung-gunung berapi tersebut merupakan akibat dari letak geografis Indonesia yang berada di zona pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Gunung berapi merupakan celah atau rekahan pada lapisan kerak bumi yang menjadi jalur keluarnya magma, gas, maupun zat cair lainnya menuju permukaan bumi. Material hasil letusan yang mencapai permukaan umumnya membentuk struktur berbentuk kerucut yang terpotong di bagian puncaknya.

Gunung Ciremai adalah gunung berapi tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan berbentuk kerucut yang secara administratif berada di wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Puncaknya secara geografis berada pada koordinat 6 53' 30" Lintang Selatan dan 108 24' 00" Bujur Timur. Pemahaman terhadap relief fisik Gunung Ciremai dapat diperoleh melalui pengamatan tidak langsung, yaitu dengan mengkaji peta topografi, elevasi serta pola kontur yang cenderung renggang pada bagian kaki gunung berapi. Gunung Ciremai memiliki beragam topografi yang mengindikasikan bentuk fisik permukaan bumi di sekitar gunungnya dengan sebaran elevasi mulai di -4 - 3.078 mdpl yang secara spasial diperoleh menggunakan ArcMap 10.8 dari software ArcGIS 10.8 dengan jarak interval kontur major antara 50 meter di setiap relief gunungnya sebagaimana tertera pada gambar berikut.

Peta Topografi Gunung Ciremai (Sumber: Data yang dipetakan oleh penulis)
Peta Topografi Gunung Ciremai (Sumber: Data yang dipetakan oleh penulis)
Bentuk topografi wilayah ini, seperti relief pegunungan dan lembah-lembahnya sangat dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik masa lalu dari Gunung Ciremai. Di samping itu, gunung ini juga memberikan banyak manfaat terutama berupa lahan yang subur sehingga dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Berkat kesuburan tanah tersebut, sebagian besar penduduk yang menetap di lereng Gunung Ciremai bekerja di sektor pertanian khususnya pada wilayah Kecamatan Cilimus, Jalaksana, dan Cigugur di Kabupaten Kuningan.

Visualisasi secara 3D juga dilakukan menggunakan ArcScene 10.8 pada software ArcGIS 10.8 sebagaimana berikut.

Visualisasi 3D pada Gunung Ciremai (Sumber: Data yang dikaji oleh penulis)
Visualisasi 3D pada Gunung Ciremai (Sumber: Data yang dikaji oleh penulis)
Secara historis pada aktivitas erupsinya, selang waktu antarletusan Gunung Ciremai yang paling singkat tercatat selama 3 tahun sementara yang paling lama mencapai 112 tahun. Letusan terakhir gunung ini terjadi dalam rentang waktu antara 24 Juni 1937 hingga 7 Januari 1938.

Gunung Ciremai terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Proses dari zona subduksi ini menyebabkan Lempeng Indo-Australia bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menghasilkan suhu dan tekanan tinggi yang memicu pelelehan sebagian material mantel bumi. Magma yang terbentuk dari proses ini kemudian bergerak naik melalui retakan dan celah pada kerak bumi mencapai permukaan sebagai erupsi vulkanik yang membentuk gunung berapi seperti Gunung Ciremai saat ini.

Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Lumbantoruan dkk. (2023) menjelaskan bahwa struktur geologi regional Gunung Ciremai dipengaruhi oleh keberadaan sesar aktif salah satunya Sesar Kabupaten Cilacap-Kuningan yang berarah barat laut hingga tenggara. Keberadaan sesar ini turut mengatur jalur pergerakan magma dari bawah permukaan menuju ke atas dengan proses intrusi magma di Gunung Ciremai tidak hanya menghasilkan erupsi melalui kawah utama, tetapi juga melalui erupsi samping yang membentuk aliran lava di lereng gunung.

Dengan demikian, pembentukan Gunung Ciremai merupakan hasil dari interaksi kompleks antara proses subduksi lempeng, intrusi magma, dan struktur geologi regional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun