Ditengah-tengah pandemi Covid-19 ini penggunaan dan penerapan istilah 'bubble' pada kehidupan dalam pandemi mulai banyak diperbincangkan terutama bagi negara-negara yang sudah menurunkan tingkat kewaspadaan dalam penyebaran Covid-19 untuk secara bertahap membuka kehidupan bersosial warganya.
Istilah Bubble pertama digunakan oleh negara Selandia Baru dalam melambangkan rumah tangga selama pandmi Covid-19 dimana hanya kita, saudara/keluarga yang tinggal disatu atap sejak jam sudah menunjukan jam 11.59 pm malam hari dan dipagi hari berikutnya orang-orang yang berada di satu atap atau dalam sebuah rumah tangga tersebut adalah merupakan bubble kita, konsep ini dilakukan hanya selama pandemi atau masa karantina ataupun lockdown dan banyak diterapkan di beberapa negara seperti Austalia dan Selandia Baru.
Konsep bubble ini bertujuan agar bila salah satu dari orang yang berada di bubble kita terpapar Covid-19 maka virus tidak akan berpindah ke bubble lain dan hanya tinggal di bubble sehingga semakin mudah kita untuk melakukan penyembuhan atau karantina, sebaliknya selama kita berada di bubble kita sendiri maka selama itu pula kita akan terhindar dari coronavirus.Â
Sehingga tidak dianjurkan untuk menambah orang dalam bubble mereka dan bila harus berpegian untuk membeli keperluan sehari-hari juga harus dalam waktu singkat dan jangan mampir lagi kemana-mana dan tetap terapkan social distancing dan cuci tangan saat tiba di bubble nya.
Travel Bubble
Isitilah ini mengacu kepada Pembukaan wisata antar 2 negara atau Country to Country Travel  yang telah memiliki tingkat penyebaran Covid-19 yang rendah atau sudah mereda dengan menyediakan koridor khusus bagi warga di kedua negara untuk berlibur.
Negara seperti Australia dan Selandia Baru adalah contoh dua negara yang sudah mulai berencana membuka Country to Country Travel atau Travel Bubble antar warganya yang mereka sebut dengan 'Trans-Tasman travel bubble ' dengan membuka secara terbatas pariwisata dan perdagangan antar dua negara, dimana para wisatawannya tidak diberlakukan karantina di kedua negara (quarantine-free travel zone ).
Hal ini adalah juga memberikan pintu kepada maskapai dari kedua negara untuk kembali beroperasi baik untuk mengangkut orang dan barang diantara dua negara.
Social Bubble
Social Bubble adalah satu dari Roadmap Pemerintah Inggris yang ditetapkan pada 11 Mei 2020 yang lalu dimana Pemerintah Inggris akan memperbolehkan warganya untuk menjalani kehidupan sosialnya lagi dalam jumlah terbatas dan tergantung pada tingkat kewaspadaan kasus Covid-19 di negara tersebut.
Istilah Social Bubble ini diadaptasi dari istilah Bubble yang digunakan Selandia Baru dalam melambangkan rumag tangga selama pandemi.
Negara Inggris sedang merencanakan warganya untuk bersosialisasi dalam jumlah terbatas (tidak lebih dari 10 orang) dan hanya dapat dilakukan di luar ruangan (outdoor) seperti barbeque dan pertemuan kecil. Warganya hanya dapat melakukan social bubble antara 2 bubble yang yakin dan saling percaya bahwa kedua bubble tersebut tidak berpotensi untuk menyebarkan coronavirus.
Social Bubble yang akan diterapkan Inggris ini sudah mulai disiapakan karena dikabarkan kasus penyebaran Covid-19 sudah menunjukan trend penurunan dan Inggris akan memasuki tingkat kewaspadaan 3 dimana akan diberlakukan relaksasi dalam social distancing melalui social bubble tersebut.