Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Belajar dari Pruning Bonsai: Mahasiswa Raih Lierasi Digital Unggul?

12 Oktober 2025   11:40 Diperbarui: 12 Oktober 2025   11:40 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pruning, Wiring dan Pembentukan Awal Bahan Bonsai Serut, tersedia di https://id.pinterest.com/pin/ di modifikasi dengan Sumber Lainnya 

Belajar dari Pruning Bonsai: Mahasiswa Raih Literasi Digital Unggul?

Oleh: A. Rusdiana

Semester Ganjil Tahun Akademik 2025/2026 telah dimulai pada 1 September 2025 hingga 19 Desember 2025. Di Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI), mata kuliah dari Metode Penelitian S1 hingga Manajemen Sumber Daya Pendidikan dan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan S2 diarahkan pada riset mini dan pengabdian kepada lembaga pendidikan Islam. Kesemuanya berbasis Templet dan berbasis LMS, Seuai Kebijakan Rektor UIN SGD. Bandung melalaui SE. Rektor, No B. 1611/Un.05.I.1/PP.009/08/2025  Tanggal 30 Agustus 2025, tentang Penyesuan Perkuliahan dan Layanan Akademik di Lingkungan UIN SGD Bandung  Semester Ganjil Tahun Akademik 2025/2026;  hal yang esensial Pembelajaran berbasis LMS.

Dalam praktiknya, tugas mahasiswa diunggah ke LMS, namun waktu pengerjaan masih jauh dari ideal. Setiap mahasiswa idealnya menyelesaikan tugas dalam 2 menit dan sesuai templet, tetapi kenyataannya jauh lebih lama. Instruksi didalam laman sisistem LMS, Kebayakan belum terisi. Hal ini menunjukkan lemahnya disiplin digital dan kolaborasi antaranggota kelompok, meski otoritas ketua kelompok dan PJ Kelas telah diberikan.

Fenomena nyata yang menguatkan filosofi pruding bonsai: tiga mahasiswa yang sebelumnya dilatih intensif lebih dari 24 jam kini menjadi tutor sebaya, melayani tidak kurang dari 160 mahasiswa di enam kelas berbeda. Ini membuktikan bahwa latihan berulang dan bimbingan konsisten benar-benar menghasilkan literat-literat digital unggul yang menular ke teman-temannya. Di sisi lebih luas, fenomena ini relevan dengan misi pembangunan Manusia Jawa Barat, seperti "Gapura/Gerbang Pancawaluya" yang menjadi simbol akses dan gerbang kemajuan. Literasi digital mahasiswa menjadi "gerbang" penting untuk mendukung pembangunan pendidikan unggul di tingkat regional.

Lemahnya literasi akademik digital mahasiswa bukan hanya masalah teknis, tetapi juga kultural. Banyak mahasiswa masih mengandalkan instruksi lisan, menunggu pengulangan dosen, bukan membaca pengumuman daring secara mandiri. Padahal teori Vygotsky (social learning) menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran, sementara Wenger (community of practice) menunjukkan bahwa kolaborasi membangun kompetensi. Teori Job Demand-Resources mendukung penguatan soft skills dan work engagement, di mana mahasiswa yang aktif berkolaborasi lebih siap menghadapi tuntutan akademik.

Masih terlihat lemahnya perhatian mahasiswa terhadap kolaborasi lintas strata dan pengembangan literasi akademik digital. Dosen sering menugaskan mahasiswa secara individu tanpa memberi contoh riset kolaboratif yang sistematis, menciptakan gap budaya akademik yang membatasi pengembangan keterampilan. Untuk itulah, tujuan penulisan ini, ingin mengeksplorasi pola penggunaan pertanyaan dan disiplin digital mahasiswa, sambil mengaitkan filosofi pruding bonsai sebagai metafora kesabaran, ketekunan, dan menghargai proses dalam literasi akademik digital. Berikut lima pilar dari Belajar dari Pruning Bonsai: Mahasiswa Raih Literasi Digital Unggul?:

Pilar Pertama: Kesabaran dan Ketekunan Pruding Bonsai Digital; Mahasiswa dilatih berulang kali dalam tugas LMS dan diskusi kelompok, mirip proses pruding bonsai. Tiga mahasiswa yang berlatih intensif lebih dari 24 jam kini menjadi tutor sebaya, melayani 160 mahasiswa di enam kelas berbeda. Kesabaran dan ketekunan ini membangun fondasi literasi digital yang kuat dan menular ke teman-temannya.

Pilar Kedua: Menghargai Proses; Setiap tugas dan bimbingan di LMS adalah "pemangkasan" kecil (pruning), membentuk karakter literasi digital tangguh. Mahasiswa belajar menikmati proses, bukan hanya mengejar hasil akhir.

Pilar Ketiga: Menerima Keterbatasan; Seperti bonsai yang dibatasi ukuran pot, mahasiswa belajar beradaptasi dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Latihan berulang memungkinkan semua anggota kelompok berkembang dalam kapasitas masing-masing.

Pilar Keempat: Keseimbangan dan Harmonisasi; Proses pruding bonsai mengajarkan pentingnya menyeimbangkan waktu belajar, kolaborasi, dan evaluasi progres. Hasilnya adalah portofolio akademik digital yang matang dan harmonis, siap dijadikan bukti kompetensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun