Pilar Kelima: Pengendalian Ego dan Ketahanan Karakter; Mahasiswa belajar menerima koreksi dan membangun kesabaran. Pruding bonsai mengajarkan pengendalian impuls, agar literasi akademik dan kemampuan kolaboratif berkembang optimal. Setiap kesalahan menjadi peluang belajar, membentuk karakter tangguh.
Tidak menapikan lagi, lemahnya literasi akademik digital mahasiswa terkait budaya belajar yang masih lisan dan instruktif. Filosofi pruding bonsai mengajarkan kesabaran, menghargai proses, menerima keterbatasan, dan pengendalian ego, yang mendukung disiplin digital. Fenomena nyata tiga mahasiswa menjadi tutor sebaya dan melayani 160 mahasiswa di enam kelas membuktikan praktik pruding bonsai berhasil diterapkan. Rekomendasi: dosen dan pemangku kepentingan pendidikan perlu menekankan kolaborasi lintas strata, memfasilitasi tutor sebaya, dan mengintegrasikan filosofi pruding bonsai dalam kurikulum digital.
Membangun literasi akademik digital bukan sekadar menguasai LMS, tetapi membentuk karakter yang sabar, tangguh, dan berproses. Seperti bonsai yang dirawat sabar melalui pruding, setiap langkah kecil dan konsisten akan menghasilkan mahasiswa unggul, siap menghadapi tantangan akademik dan profesional di era digital. Fenomena nyata tiga tutor sebaya yang melayani 160 mahasiswa di enam kelas menjadi bukti hidup keberhasilan filosofi ini, sekaligus mendukung misi pembangunan Jawa Barat sebagai Gerbang Pancawaluya menuju pendidikan unggul dan berdaya saing. Wallahu A'lam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI