Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pembelajaran Autentik dan Konstruktif: Proses Inkuiri atau Sekadar Formalitas?

5 Oktober 2025   17:26 Diperbarui: 5 Oktober 2025   17:26 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Perkuihan Pertemuan Minggu Ke-5 Manajemen Sumberdaya Manusia Pendidikan MPI-S2. I/e N.Reg. tampak tugas mahasiswa Part4 dengan metode inkkuiri (Sabtu, 4 Oktober 2025: 06.50. 09.20)

Pembelajaran Autentik dan Konstruktif: Proses Inkuiri atau Sekadar Formalitas Akademik?

Oleh: A. Ruasdiana

Perkuliahan semester ganjil tahun akademik 2025/2026 akan dimulai pada 1 September hingga 19 Desember 2025. Di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, beberapa mata kuliah seperti Metode Penelitian (S1), Manajemen Sumber Daya Pendidikan (S2), dan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (S2) dirancang untuk mengembangkan pembelajaran autentik dan konstruktif berbasis kolaborasi. Namun, masih tampak fenomena yang cukup umum: mahasiswa cenderung mengerjakan tugas secara individual, kurang reflektif, dan minim komunikasi lintas kelompok.

Dalam konteks teori, pembelajaran autentik dan konstruktif mengacu pada pendekatan inquiry-based learning yang menempatkan mahasiswa sebagai subjek aktif dalam menemukan pengetahuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Vygotsky, proses belajar yang efektif terjadi dalam zone of proximal development, di mana individu berkembang melalui interaksi sosial dan bimbingan dari pihak yang lebih ahli. Teori ini diperkuat oleh Wenger dengan konsep community of practice, yang menekankan pentingnya jejaring pembelajaran berbasis pengalaman nyata.

Dari sisi manajemen pendidikan, pembelajaran autentik merupakan bagian dari soft skills global yang membentuk branding akademik mahasiswa terutama dalam menghadapi tuntutan Job Demand--Resources Model (JD-R) yang menuntut keseimbangan antara beban kerja dan sumber daya psikologis untuk meningkatkan work engagement. Perhatikan Insdtuksi dan penugsan Kuliah:

Sumber: Dokumen Perkuihan Pertemuan Minggu Ke-5 Manajemen Sumberdaya Manusia Pendidikan MPI-S2. I/e N.Reg. tampak tugas mahasiswa Part4 dengan metode inkkuiri (Sabtu, 4 Oktober 2025: 06.50. 09.20)
Sumber: Dokumen Perkuihan Pertemuan Minggu Ke-5 Manajemen Sumberdaya Manusia Pendidikan MPI-S2. I/e N.Reg. tampak tugas mahasiswa Part4 dengan metode inkkuiri (Sabtu, 4 Oktober 2025: 06.50. 09.20)

Sayangnya, kesenjangan masih tampak jelas: tugas diselesaikan sebatas kewajiban administratif tanpa refleksi mendalam, dan kolaborasi sering berhenti pada level formalitas. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan menegaskan pentingnya Pilar Pembelajaran Autentik dan Konstruktif sebagai strategi penguatan SDM unggul yang siap menghadapi tantangan profesional menuju Indonesia Emas 2045. Berikut Lima Pilar Pembelajaran dari Pilar Autentik dan Konstruktif: 

Pertama: Pilar Inkuiri sebagai Proses Pencarian Makna; Metode inkuiri menempatkan mahasiswa sebagai peneliti atas pengalaman belajarnya sendiri. Dalam kelas Metode Penelitian, mahasiswa diminta mengidentifikasi masalah nyata di sekolah atau masyarakat, lalu menyusun pertanyaan riset untuk mencari solusinya. Proses ini menumbuhkan sense of ownership terhadap pembelajaran. Dosen berperan bukan sebagai pemberi jawaban, tetapi sebagai fasilitator yang membimbing refleksi kritis.

Kedua: Pilar Keterlibatan Emosional dan Sosial; Pembelajaran autentik menuntut keterlibatan emosional dan sosial mahasiswa. Diskusi kelompok, studi kasus lapangan, dan kegiatan observasi menjadikan mahasiswa bukan hanya belajar "tentang" teori, tetapi "melalui" pengalaman manusiawi. Interaksi semacam ini mengasah empati, kemampuan komunikasi, dan kerja sama tim---modal utama SDM unggul dalam dunia kerja abad ke-21.

Ketiga: Pilar Refleksi dan Konstruksi Pengetahuan; Dalam pendekatan konstruktivistik, pengetahuan bukan sesuatu yang diberikan, tetapi dibangun. Mahasiswa perlu menulis reflective journal, merumuskan kembali teori dari hasil observasi, dan membandingkan pengalaman dengan literatur akademik. Refleksi menjadikan proses belajar lebih bermakna karena mahasiswa menyadari hubungan antara teori dan praktik.

Keempat: Pilar Integrasi Teknologi dan Media Digital; Era digital menuntut pembelajaran yang adaptif. Mahasiswa dapat menggunakan media digital seperti e-learning e-Knows untuk mengunggah Catatan Kuliah (CK), berbagi hasil analisis, atau menampilkan poster akademik. Integrasi teknologi bukan sekadar alat bantu, tetapi ruang kolaboratif yang memperluas jejaring ilmiah dan memperkuat literasi digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun