Membangun Generasi Emas 2045: Menggali Nilai Edukasi dari Tujuan Pertama Budi Utomo "Menyadarkan kedudukan masyarakat" Melalui Kurikulum Merdeka
Oleh: Ahmad RusdianaÂ
Dalam perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia, pendidikan selalu menjadi pilar utama dalam upaya membangun masyarakat yang maju dan berdaya saing. Organisasi Budi Utomo, yang berdiri pada tahun 1908, adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah pergerakan nasional yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai alat untuk menyadarkan kedudukan masyarakat. Dengan misi mulia untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, terutama para pemuda, Budi Utomo berupaya membuka mata bangsa Indonesia terhadap identitas, peran, dan kedudukan mereka dalam kerangka yang lebih luas.
Memasuki era modern, visi Indonesia Emas 2045 menjadi cita-cita besar yang ingin dicapai oleh bangsa ini. Untuk mencapai visi tersebut, pendidikan memegang peranan krusial dalam membentuk generasi muda yang berkompeten, sadar diri, dan bertanggung jawab. Implementasi Kurikulum Merdeka (KURMA) hadir sebagai salah satu inovasi pendidikan yang berusaha menjawab tantangan zaman dengan tetap menggali nilai-nilai edukasi yang telah diusung oleh Budi Utomo.
Nilai-nilai edukasi seperti "kesadaran akan identitas, peran, dan kedudukan masyarakat" tujuan pertama dari berdinya Budi Utomo 1908, adalah pondasi yang harus ditanamkan sejak dini. Dalam konteks KURMA, nilai-nilai ini harus diimplementasikan secara konkret melalui berbagai metode pembelajaran yang inovatif dan kontekstual. Dengan demikian, kita dapat membentuk talenta muda yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki kesadaran penuh akan jati diri mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Menuju Indonesia Emas 2045, perjalanan ini membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkan generasi yang mampu membawa bangsa ini menuju puncak kejayaan. Mari kita lanjutkan perjuangan mulia ini dengan semangat yang tak pernah padam, berakar pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh pendahulu kita.
Tentu, mari kita eksplorasi ketiga nilai edukasi dari tujuan pertama Budi Utomo dalam konteks implementasi KURMA (Kurikulim Merdeka) untuk membangun talenta muda menuju Indonesia Emas 2045.
Pertama: Sadar Identitas; melandasi akan pentingnya kesadaran identitas dalam konteks Budi Utomo adalah memahami siapa kita sebagai individu dalam kerangka budaya dan sejarah bangsa. Ini mencakup pemahaman tentang asal usul, warisan budaya, dan nilai-nilai yang membentuk jati diri kita. Â Implementasi dalam KURMA: 1) Pendidikan Multikultural: Mengintegrasikan pelajaran tentang sejarah, budaya, dan tradisi Indonesia yang beragam ke dalam kurikulum untuk memperkuat identitas nasional. 2) Proyek Kolaboratif: Mendorong proyek yang mengajak siswa untuk meneliti dan mempresentasikan aspek-aspek budaya dan sejarah lokal mereka. Ini bisa berupa pameran budaya, festival seni, atau penulisan esai sejarah lokal. 3) Pemahaman Nilai Pancasila: Menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, sehingga siswa memahami dan menghargai filosofi dasar negara mereka.
Kedua: Sadar Peran; tjuan ini menumbuhkan Kesadaran peran menekankan pentingnya setiap individu memahami kontribusi yang dapat mereka berikan kepada masyarakat. Ini mencakup peran dalam keluarga, komunitas, dan bangsa. Implementasi dalam KURMA: 1) Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL): Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek komunitas yang nyata, seperti program lingkungan, layanan masyarakat, atau inisiatif kesehatan, yang memungkinkan mereka melihat dampak langsung dari peran mereka. 2) Pengembangan Kepemimpinan: Menyediakan program kepemimpinan untuk siswa, seperti OSIS atau klub debat, yang mengajarkan tanggung jawab, keterampilan manajemen, dan kerja tim. 3) Pembelajaran Interdisipliner: Menggabungkan pelajaran dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelesaikan masalah nyata, sehingga siswa memahami bagaimana peran mereka dapat diterapkan di berbagai bidang.
Ketiga: Sadar Kedudukan; menanamkan Kesadaran kedudukan mengacu pada pemahaman tentang posisi dan tanggung jawab dalam struktur sosial dan ekonomi. Ini juga berarti memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Implementasi dalam KURMA: 1) Edukasi Kewarganegaraan: Memperkuat mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dengan pendekatan yang lebih praktis dan kontekstual, mengajarkan hak dan kewajiban warga negara secara mendalam. 2) Kewirausahaan Sosial: Memperkenalkan konsep kewirausahaan sosial di sekolah untuk menunjukkan bagaimana siswa dapat berkontribusi secara ekonomi sekaligus memecahkan masalah sosial. 4) Sistem Penilaian Holistik: Menerapkan sistem penilaian yang tidak hanya berdasarkan nilai akademis tetapi juga keterlibatan siswa dalam kegiatan sosial, keterampilan kepemimpinan, dan kontribusi mereka kepada masyarakat.