Di sebuah tembok sederhana, tergores sebuah kalimat yang begitu dalam maknanya:
"Carilah tempat di mana dirimu dihargai, bukan butuhkan, sebab banyak yang datang karena butuh tapi lupa bagaimana cara untuk menghargai."
Tulisan ini bukan sekadar rangakaian kata, ia adalah refleksi dari pengalaman yang mengukur nilai seseorang hanya dari manfaat yang bisa diberikannya. Apakah kita berguna? Apakah kita bisa membantu? Apakah kita bisa menyelesaikan masalah? Jika ya, kita dicari. Namun, ketika kita tak mampu memberi atau sedang membutuhkan, sering kali kita dilupakan.
Inilah pentingnya memilih tempat yang tepat untuk bertumbuh. Tempat yang sehat secara emosional dan sosial adalah tempat di mana keberadaan kita dihargai, bukan sekadar dimanfaatkan. Di sana, orang-orang menghargai kehadiran kita, mendukung saat kita jatuh, dan tidak pergi saat kita tak bisa memberi apa-apa.
Menghargai bukanlah tentang mengagumi atau memuji secara berlebihan, melainkan tentang memberi ruang aman untuk seseorang menjadi dirinya sendiri. Menghargai adalah tentang kesetaraan dalam relasi, memahami bahwa setiap individu punya nilai yang tidak tergantung pada manfaat sesaat.
Tulisan di tembok itu mengajak kita untuk lebih bijak; jangan tinggal di tempat yang hanya melihatmu saat butuh, tapi carilah tempat yang melihatmu  sebagai manusia utuh. Entah itu dalam pertemanan, keluarga, pekerjaan, atau hubungan sosial lainnya, pilihlah lingkungan yang menumbuhkan, bukan menguras.
Karena pada akhirnya, setiap orang layak dihargai, bukan hanya dimanfaatkan.
Kesimpulan
Semoga kita semua mampu menemukan tempat yang seperti itu, tempat yang memberi ruang, bukan hanya karena kita dibutuhkan, tapi karena kita berarti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI