Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Mengikhlaskan

25 September 2018   07:43 Diperbarui: 25 September 2018   11:55 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Pinterest Hoyt Smith

Semedot atiku. Koyo ditinggal lungo marang kutho kang adoh. Ninggalke awakku sing kangen lan tresno marang kowe. Ojo lali kangmas, tak tunggu tekamu nang kuthoku. Ojo lali, kangmas marang janjimu. Sanajan mung kaiket marang katresnan nanging sesok aku isih duwe masa depan. Amargo kowe sing tak cekel , mung siji wae. Ojo ngasih ucul katresnan lan kasetyanmu iku.

Lagu itu pelan-pelan terdengar mengusik telinga Rita. Dia tidak tahu artinya tetapi rasanya seperti pahit dan getir yang hinggap di relung hatinya. Ah, dia bukan orang Jawa yang pandai bermain syair dan menyanyi langgam Jawa. Rita hanya duduk di kafe dekat kantornya sambil makan siang, seperti biasa. Kafe itu memang sering mengalunkan beragam lagu dari berbagai daerah, termasuk dari Jawa. Hari ini kebetulan menu yang dia makan juga dari Jawa Tengah. Tiap hari cafe itu berganti menu berbagai daerah dan kalau diamati maka lagunya pun tentu akan berganti pula, trending song at the day, kata orang. Dia selesaikan suapan terakhr sebelum dia minum dan buka HP nya. Tak ada notifikasi, santai dulu.

Sudah seminggu Rita tak mengirim kabar apapun ke Tristan, tak juga WA maupun SMS, apalagi telpon. Seminggu ini dia berfikir keras apakah akan menuruti perasaanya atau memakai logikanya. Apakah dia akan hanya berteman saja atau menuruti kata hatinya ? Semua tak hendak dia jawab dengan tergesa --gesa. Dia tipe perempuan yang tak hendak memaksakan rasa dan juga tak suka ditarget dan menarget .Bagi dia semua harus berjalan apa adanya dan alami, tak ada yang ditutupi. Keihlasan landasan dia berjalan dan berfikir serrta bertindak. Maka apapun yang dia lakukan bila dia tak ihlas tak jadi dia lakukan.

Selepas makan siang di kafe, Rita berjalan pelan sambil menikmati pemandangan di sekitar kantornya. Ada sekelompok anak muda bermain musik angklung yang dipadu dengan lagu pop. Indah di dengar. Mereka menyediakan kaleng kecil bagi siapa saja yang ingin mengapresiasi seni dan menyumbang seihlasnya. Rita meletakkan uang lima ribuan di kaleng itu. Dia suka musik dan kreativitas anak --anak muda itu. Salah satu anggota melihat dia dan mengangguk sambil tersenyum, tanda mengucapkan terima kasih. Dia balas senyum dan sejenak mendengarkan lagu sampai alunan syair terakhir.

Sesampai di kantor dilihatnya di mejanya ada undangan, dari teman.Perhelatan pernikahan teman SMA nya yang diadakan di luar kota. Butuh waktu lumayan lama untuk ke sana. Paling tidak 3 jam perjalananan, waktu yang cukup lama untuk ditempuh seorang perempuan. Maka ia memberanikan diri untuk menimbang sebuah permintaan. Tak banyak dia punya teman laki-laki yang mau direpoti, paling hanya Imam yang sering pulang kampung tiap akhir pekan. Itu membuat Rita tak sanggup mengganggunya. Emmir ? Ah laki-laki itu terlalu egois. Jomblo yang satu ini tak mau diganggu temannya bila akhir pekan. Paling satu dua kali Rita meminta tolong di jam efektif. Di luar itu hal yang tak mungkin.

Tristan ? Ah , dicobanya menata hati untuk sekedar meminta diantar.

" Selamat siang, kamu siang ini ada acara ? ", tanya Rita mengawali pesannya.Butuh waktu lebih dari 30 menit untuk menjawab . Dia biarkan saja karena Rita toh masih bisa untuk mengerjakan pekerjaan yang lain. Sebagian pekerjaan sudah dia selesaikan kemarin, jadi hanya tinggal pekerjaan kecil yang tak menyita waktu. Sambil sesekali berbincang dengan Miska, teman di sebelahnya yang juga sebentar lagi mau menikah, Rita seakan ingin melupakan keinginan dia menunggu jawaban dari Tristan. Ah dia memang selalu begitu. Sibuk sampai tak kenal waktu. Terakhir kali dia kirim pesan bahkan baru dibuka dua jam kemudian. Maka Rita pun hanya santai saja .

Sementara para nasabah sudah mulai pulang karena keperluannya telah dilayani , Rita mulai menata meja dan berbenah untuk segera pulang . Tiba --tiba ada pesan yang membuat dia harus menunda.Tristan mau menelpon sebentar lagi, tetapi dia diminta menunggu. Ah, mau menelpon saja susah amat. Kurang lebih 25 menit Rita menghabiskan waktu, membunuh rasa bosan dengan membaca novel yang dia beli kemarin. Judulnya " Aku Beli Secangkir Rindu di Matamu ". Novel ini bercerita tentang persahabatan, percintaan dan pekerjaan yang sangat menyita waktu sampai para pelaku dibuat tidak berkutik terhadap kehidupan asmaranya.

Tak berapa lama telponnya berdering.

" Hai Rita, aku minta maaf . Lama Menunggu ya ? Tadi ada klienku datang sore-sore. Dia mau meminta aku mendampingi dia untuk pelantikan jabatannya yang baru di perusahannya. Maklumlah kami sudah lama berbisnis bersama. Kamu , gimana ? ada apa ?"

" Aku ada undangan ke pernikahan, lumayan luar kota, 3 jam an. Mau mengantar aku? Kalau kamu ada waktu sih? Dan juga tak keberatan ? ", agak ragu Rita meminta , sepertinya ada yang mengganjal perasaanya. Seperti ada panggilan untuk tidak mengganggu Tristan. Tapi dia ingin memastikan aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun