Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengantar Jenazah Korban "Play Station"

19 Juni 2018   22:43 Diperbarui: 19 Juni 2018   22:55 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Imron baru saja menutup bacaan Al Qur'annya dan mengusapkan tangannya ke wajahnya seraya berdoa " Ya Allah, jadikan aku orang yang bermanfaat bagi kebanyakan orang dimana aku berada, aamiin ". Ketokan di pintu membuatnya bersegera datang. Seorang lelaki tampak tergesa mengucapkan salam seraya menggandeng tangannya.

" Pak Imron, bapak harus bersegera ke tempat pak dokter. Putra beliau meninggal setengah jam yang lalu dan bapak diminta membantu merawat jenazahnya ".

" Emangnya putra pak dokter sakit apa dan anak yang nomer berapa ?", sambil berjalan pak Imron tanya pada pak Sugi, tetangganya itu.

" Iwan, anak kedua yang sekarang kuliah semester dua. Dia meninggal di tempat PS dalam kondisi kaku dan terduduk. Dia tiga jam main PS tanpa berhenti dan lewat maghrib pula ", kata tetangganya panjang lebar.

Dalam hati pak Imron bertanya kenapa main PS saja bisa meninggal.Terduduk pula. Apakah sedemikian bahayanya main PS hingga seorang remaja bisa meninggal mendadak ?", berkecamuk pikiran pak Imran. Muncullah beragam dugaan .

" Apakah dia sering main PS?", tanya pak Imron.

" Sering pak,bahkan saking kecanduannya dia sampai lupa makan, lupa sholat bahkan lupa ngobrol sama orang tuanya . Jadi dia tak pulang selama dua hari."

" Mungkin itu ,kecapean itu yang menjadi penyebab dia meninggal dan juga dia tak menjaga waktu makan ", pak Imron menyimpulkan.

" Bagaimana pendapat bapak dengan kegiatan seperti itu?', tanya pak Soma, tetangga pak Imron.

" Apapun yang melupakan kita dari beribadah kepada Allah SWT maka hukumnnya haram ", sahut pak Imron sejurus kemudian.

Perlahan mereka sudah mendekati rumah duka. Tampak seorang pemuda mempersilahkan mereka berdua. Ada deretan empat orang yang siap memandikan jenazah. Tampak ibu-ibu sudah mulai mempersiapkan kafannya juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun