Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cultural Universal di "Pulau Kecilku" yang Bermasyarakat Multikultural

12 Oktober 2020   10:53 Diperbarui: 12 Oktober 2020   11:00 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan pantai di pulau kecilku Bangka (foto:maulana@able)

Penduduk Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan masyarakat yang beragama Islam dan menjunjung tinggi kerukunan beragama. Ditinjau dari agama yang dianut terlihat bahwa penduduk provinsi Bangka Belitung memeluk agama Islam, Budha, agama Kristen Protestan, agama Katholik, Hindu, Khong Hu Chu dan lainnya. Tidak pernah ada perselisihan antar agama, semua hidup dalam kerukunan.

kemasyarakatan

Masyarakat Bangka adalah masyarakat yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, sikap kegotongroyongan yang kuat. Itu bisa kita lihat dari acara sedekahan orang sekampung, acara nganggung, nujuh hari, perang ketupat dan acara lainnya. Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung semula dipercaya di huni orang-orang suku laut, seperti suku Skak. Suku ini dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses kulturisasi dan akulturasi. 

Orang-orang laut itu sendiri berasal dari berbagai pulau. Orang laut dari Belitung berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka. Sementara mereka yang sudah berasimilasi menyebar ke seluruh Tanah Semenanjung dan pulau-pulau di Riau. Kemudian kembali dan menempati lagi Pulau Bangka dan Belitung. 

Sedangkan mereka yang tinggal di Riau Kepulauan berlayar ke Bangka. Datang juga kelompok-kelompok Orang Laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Pada gelombang berikutnya, ketika mulai dikenal adanya Suku Bugis, mereka datang dan menetap di Bangka Belitung. 

Lalu datang pula orang dari Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang sudah lebih dulu melebur.

Lalu jadilah suatu generasi baru: Orang Melayu Bangka Belitung. Namun di sisi lain, ada juga juga pedalaman di daerah Kecamatan Belinyu, dusun Pejem yang dikenal dengan suku Lom. Orang yang terkenal dengan sebutan "tujuh bubung".

Suku ini sampai sekarang belum diketahui pasti adakah mereka suku pertama menempati hutan pulau Bangka karena daerahnya tertutup dari dunia luar dan sampai kini masih menutup diri dari kemajuan teknologi. Dipercaya mereka telah ada sebelum kerajaan Majapahit dan Sriwijaya menguasai pulau Bangka Belitung.

Pak Batman (seniman/pemain gendang) merupakan masyarakat Keturunan suku Skak (foto:Screenshot dari kumpulan video musik tradisi Bangka)
Pak Batman (seniman/pemain gendang) merupakan masyarakat Keturunan suku Skak (foto:Screenshot dari kumpulan video musik tradisi Bangka)

Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Bahasa Melayu. Sepeerti yang sudah saya tulis pada artikel sebelumnya, bahaya Melayu disebut sebagai bahasa daerah, namun seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan di Bangka Belitung antara lain bahasa Mandarin, bugis dan bahasa Jawa, tapi bahasa ini biasanya mereka gunakan pada sesama suku. 

Sedangkan bahasa yang lebih mudah dikuasai tiap kabupaten, desa maupun dusun adalah bahasa kota Sungailiat. Bahasa Sungailiat mudah dikenali dan mudah di mengerti oleh tiap daerah di Bangka Belitung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun