Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kisah Legenda Timnas dan Tekel Horor

14 November 2020   13:45 Diperbarui: 2 Januari 2021   10:43 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanafing | Foto via pshizbulwathan.id

Wenas memberikan kesan baik dari penampilan Hanafing. Hingga, dalam satu kesempatan, Bima Kencana bertemu Niac Mitra. Kala itu Niac Mitra diperkuat pemain-pemain top, seperti Wayan Diana, Budi Aswin, Tommy Latuperisa, Yudi Suryata, Rudi Keltjes, Rae Bawa, Joko Malis, Hamid Asnan, dan Dullah Rahim.

Hanafing melakukan sliding | Foto: dok hanafing
Hanafing melakukan sliding | Foto: dok hanafing
Operasi Lutut

Agustinus Wenas akhirnya memboyong Hanafing ke Surabaya. Tahun 1982. Hanafing direkrut Niac Mitra. "Saya masih usia 18 tahun waktu itu. Saya tinggalkan kerja di bea cukai Makassar karena ingin jadi pemain nasional. Saya datang di Surabaya Bersama Om Basri (M Basri, pelatih Niac Mitra)," ungkap Hanafing.

Di Niac Mitra, Hanafing tidak masuk daftar pemain inti. Dia harus berjuang bareng pemain muda Niac Mitra lainnya, di antaranya Jessie Mustamu, Jaya Hartono, Freddy Mully, M Kusnan, Eduard Mangilomi dam M. Zen Alhadad.

"Satu tahun saya baru bisa masuk pemain inti di Niac Mitra. Satu tahun berikutnya saya berseragam Timnas," cetus pria yang telah menjadi warga Surabaya ini.

Selama 8 tahun Hanafing bermain di Timnas. Dia merasakan dilatih Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Sinyo Aliandoe. Dan yang paling berkesan tentu saat Timnas diarsiteki Anatoli Polosin. Yang menerapkan latihan fisik super berat. Mirip latihan militer.

Beberapa contoh latihan keras itu di antaranya mendaki gunung, lari di jalan tol. Di lapangan, mereka diminta lari keliling hingga belasan kali. Bahkan sampai harus berlari dengan menggendong rekan se-timnya.

Selain itu, menu latihan tiga kali. Bahkan ketika pemain sudah selesai latihan, masih ada sesi tambahan lari 15 menit. Semuanya demi mengubah mentalitas pemain Timnas menjadi pemain yang berkarakter dan punya mental baja.

"Banyak pemain bintang yang mundur saat itu karena tak kuat mengikuti latihan Polosin," ungkap Hanafing.

Hasil yang dirasakan dari sentuhan Polosin itu sungguh luar biasa. Pasalnya, Timnas masa itu sangat mampu bermain selama 90 menit. Punya kecepatan dan daya tahan yang kuat.

Sejarah mencatat, di tangan Polosin, Timnas Indonesia mampu meraih medali emas SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Itulah emas terakhir SEA Games dari sepak bola yang hingga sekarang belum terpecahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun