Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Punguti Daun Rontok, Perempuan Ini Bisa Jual Produk ke Eropa

26 November 2019   17:03 Diperbarui: 29 November 2019   07:05 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siti Retnanik memamerkan produknya.foto:arya wiraraja/enciety.co

Nanik punya metode memotong daur agar tidak merusak lingkungan. Dia mendapat ilmu dari almarhum suaminya, Heri Wibawanto. Dia orang pertanian. Bagaimana memotong agar tumbuhnya bagus dan tidak merusak lingkungan. Juga memilih ranting yang dibuang. "Itu saya pelajari benar," cetus dia.  

Kata dia, jika daun makin busuk dan berjamur, harga makin mahal. Dari bahan baku daun itu, Nanik lantas merebusnya. Untuk mempertahankan warna coklat daun agar tidak pudar, ia rebus menggunakan asam sitrat. Untuk mendapat warna hijau agar tidak kusam, ia rebus dengan tambahan soda kue atau garam dapur dalam posisi air mendidih selama 10-15 menit.

Untuk proses kimia agar daun putih, Nanik merendamnya dalam menggunakan hidrogen peroksida (H2O2). Setelah itu, angkat dari rendaman dan bilas dengan air sebanyak tiga kali. Daun yang telah diredam dalam larutan H2O2 akan berwarna putih polos setelah dikeringkan.

"Walau jumlahnya banyak, ini tidak merusak lingkungan. Sebab, saya membatasi pemetikannya. Saya juga punya lahan pembibitan bauhinia purpurea di Jombang. Luasnya 400 meter persegi," ungkap Nanik. 

Untuk mengeringkan, daun ditaruh di atas koran. Ini agar airnya meresap. Lalu disetrika satu per satu sampai kering. Kemudian dengan menggunakan lem, daun dibentuk dan ditempelkan di media yang dikehendaki seperti gerabah, kayu, karton atau plastik.

Permukaan daun yang sudah ditempel dan kering lemnya, dicat warna clear supaya awet dan tidak berjamur. Setelah melewati proses tersebut, daun akan lentur. Tinggal mau diapakan. Bisa dilipat-lipat untuk bunga, kupu-kupu, baju boneka, dan lain sebagainya.

Nanik selalu mengontrol kualitas produksi kepada anaknya, Aditya Paramajendra Prabawa. Menurut dia, anaknya lebih cermat, telaten dan teliti  mengamati hasil produksi.

"Anak saya itu dijuluki mata malaikat. Karena ada lubang sedikit saja dia pasti tahu," ucap dia, lalu tersenyum.

Nanik mengakui produk Bengkel Kriya Daun 9996 harganya relatif mahal. Tidak sama dengan produk-produk yang dijual di pasaran. Apalagi di pedagang kaki lima.

Suatu ketika, cerita Nanik, ia pernah kedatangan bule asal Australia. Dia berniat membeli produk Bengkel Kriya Daun 9996. Kebetulan, dia sedang melancong ke Surabaya. Di sela mengamati barang, ia menunjukkan album berisi foto-foto produk kepada Nanik. Dia yakin produk di foto albumnya sama dengan produk Bengkel Kriya Daun 9996.

Bule itu lalu menunjukan satu produk yang dijual Rp 17,5 ribu. Sementara barang milik Nanik dijual lebih mahal, Rp 75 ribu. Makanya, bule itu minta Nanik menurunkan harga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun