Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hi Jat Nen Menanam Sawi di Atas Pasir

6 Februari 2020   05:07 Diperbarui: 6 Februari 2020   15:31 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri
Alasan kelima, bahkan puncaknya, adalah harga jualnya. Harga sawi di pasaran tidak pernah mengalami fluktuasi yang drastis alias cenderung konstan, karena kebutuhan sawi di pasaran selalu tinggi.

Ia sering mendapat harga tertinggi, yaitu Rp15.000,00/kg. Kalau anjlok karena gagal panen, harga terendahnya adalah Rp1.000,00/kg. Akan tetapi, ya, rata-rata harga sawi di pasaran biasa bisa berkisar antara Rp6.000,00/kg s.d. Rp7.000,00/kg.

Ia juga tidak bingung mengenai pemasarannya atau tempat pengepul sawi hijau. Ia sudah mendapat seorang pelanggan yang setiap hari membutuhkan lebih dari 200 kg, dan kapan saja bisa datang untuk panen sawi.

Biasanya ia memanen sawi dalam waktu 40 hari atau lima minggu sejak penyemaian. Masa penyemaian berlangsung sekitar dua minggu.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Kalau cuaca bagus, pengolahan bagus, dan kondisi sawi aman dari hama, satu bedengan bisa memberinya sawi siap panen sebanyak 140 kg. Akan tetapi, kalau sedang tidak beruntung, satu bedengan hanya menghasilkan sawi sebanyak 50 kg.

Selama menjadi pekebun sawi, pendapatan sekitar Rp5-6 juta bisa diperolehnya saban bulan. Paling mengenaskan, dan pernah dialaminya, keuntungan panen sawinya bisa anjlok dalam Rp1 juta saja per bulan.

Alasan lainnya yang aduhai bagi Anen adalah menjadi bos sekaligus pekerja di kebun sawinya. Dengan bekerja sendiri ia bisa leluasa mengatur waktu, bahkan beristirahat sepuas badan di pondok, bergawai, atau  menikmati gemulai ikan-ikan peliharaannya, misalnya ikan bulan, mas koki, dll. dan bunga-bunga teratai kecil. 

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Ia tidak perlu merepotkan diri dengan hasutan tentang kesenjangan sosial dengan banyak kawan sekolahnya yang kini telah menjadi pengusaha, bertemu lagi pada pesta kembang api, bahkan seorang di antaranya justru mengadakan pesta kembang api pada 27 Januari lalu dengan biaya sendiri. Yang penting menjadi bos kebun sawi dan bisa santuy seperti bos-bos umumnya. 

Pemupukan  dan Pemeliharaan
Proses pertumbuhan sawi hingga panen tidak terlepas dari pemupukan. Ia menggunakan pupuk jenis NPK berbentuk padat. Pupuk pabrikan ini mengandung unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium.

Untuk pemupukan, ia membutuhkan sekitar 5-6 kg pupuk NPK untuk 6-8 bedengan. Harga eceran pupuk itu Rp11.000,00/kg. Kalau harga per karung dengan bobot 50 kg, harganya Rp48.000,00.

Selama masa pemeliharaan seusai pemisahan dari semaian, pupuk butiran merah jambu itu diterapkan dengan dua proses, yaitu dengan perendaman, dan tanpa perendaman. Dengan perendaman, pemupukan dilakukan satu kali per dua hari, karena air adukannya lebih mudah meresap. Tanpa perendaman, pemupukan dilakukan satu kali per lima hari. Masing-masing diterapkan sesuai dengan usia sawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun