Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sebuah Ramalan, Deja Vu, atau Apalah yang Diabadikan dalam Buku Resmi

15 Oktober 2018   15:46 Diperbarui: 16 Oktober 2018   23:43 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

12 orang itu, saya pikir, sangat meyakinkan untuk mewujudkan sebuah naskah yang akan menjadi buku alias abadi. Lha wong beberapa buku saya sendiri (buku selfie), dengan sekitar 120-150 halaman saja saya kerjakan sendiri, dari penyusunan, penyuntingan, pembuatan sampul sampai siap naik cetak di percetakan.

Baiklah. Dari Bab I "Pengantar" (hlm. 1) pembacaan saya semakin mendalam ke bab berikutnya. Bab II, "Puisi Indonesia di Kalimantan Timur", dari hlm.13 s.d. 125. Tentu saja nama Korrie Layun Rampan sering muncul.

Tetapi, alangkah terkejutnya saya ketika menemukan nama saya, "Agustinus Wahyono" dalam Bab III "Cerita Pendek Indonesia di Kalimantan Timur"!

Nama saya disebutkan 2 kali di hlm. 132, dan 133. Oh, dua kali!

Hlm. 132 dan 133
Hlm. 132 dan 133
Paling aneh, saya termasuk golongan "pengarang Kalimantan Timur" seperti yang tertulis "Pengarang Kalimantan Timur yang menerbitkan karyanya di Post Kota, antara lain, adalah Agustinus Wahyono..." (hlm. 132), dan "beberapa nama pengarang muncul di Kaltim Post juga menerbitkan cerpennya di Samarinda Post, seperti Agustinus Wahyono" (hlm.133).

Apa? Saya "pengarang Kalimantan Timur" yang terabadikan dalam buku terbitan 2008 itu?

Betapa tidak aneh. Sebelum 2009, alias 2008, 2007 dan seterusnya saya belum tinggal di Kaltim. Bogor, Jakarta, Pangkalpinang, Koba (Bangka Tengah), dan lain-lain, merupakan tempat-tempat saya bekerja di sebuah kontraktor, dan konsultan bidang bangunan. Misalnya saja pelaksanaan pembangunan beberapa unit rumah tinggal "berkelas" di Sentul City Bogor, dan Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta.

Apalagi, saya lahir sampai memasuki masa puber di Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka (Babel). Kemudian saya pindah ke Yogyakarta. Saya juga pernah tinggal sementara di Bandung, dan sekitar 3 tahun tinggal Jakarta.

Pada 2008 saya belum tinggal di Kaltim, tepatnya Balikpapan. Kalaupun saya meluangkan waktu untuk berkarya sastra karena desakan beragam gagasan dalam pikiran akibat terhasut cinta sastra yang aduhai, pastilah karya-karya saya hanya mengalir melalui internet ke media-media yang berada di kawasan Indonesia bagian barat, yaitu Bangka, Jawa, Sumatera, dan Riau.

Artinya, saya tidak pernah mengirimkan karya, baik puisi, cerpen maupun esai/opini ke media-media di Kaltim ataupun Kalimantan, semisal Kalsel. Bagaimana bisa karya saya muncul di media-media massa Kaltim hingga akhirnya saya termasuk dalam "pengarang Kalimantan Timur"?

Pada awal berada di Balikpapan saya pun tidak pernah mengirimkan karya ke media massa wilayah Kaltim. Keseharian saya sedang suntuk berkutat dengan pembangunan Intalasi Gawat Darurat (IGD) sebuah rumah sakit swasta di Kota Minyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun