Tidak berbeda dengan sekelompok orang konyol yang mengandalkan otot, sekelompok intelektual konyol pun memiliki rasa kebersamaan-kesetiakawanan-solidaritas yang tinggi. Ya, "rasa" yang tidak terlepas dari emosionalitas--bukan rasionalitas.
Paling konyol ketika sekelompok intelektual konyol itu menelaah suatu karya, hasil kerja, peristiwa, dan lain-lain. Rasa kebersamaan kelompok menjadi ukuran atau tolok ukur paling utama, bukanlah kritisitas yang mumpuni berdasarkan rasionalitas yang memadai.
Tidak jarang kelompok A itu mudah "ditunggangi" oleh kepentingan-kepentingan yang juga tidak rasional. Apalagi mendekati tahun politik nasional paling panas nanti, yaitu Pileg dan Pilpres 2019, setelah jelas terbukti pada 2014 silam.
Meski pelajaran usang tidak pernah mengatakan perihal karya atau tulisan-tulisan konyol, tetapi bersiaplah untuk membaca bertaburannya karya atau tulisan-tulisan dengan pembenaran-pembenaran konyol yang dibuat oleh sekelompok orang konyol. Semoga tabah.
*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 1 Mei 2018