Mohon tunggu...
Agustinus Tamtama
Agustinus Tamtama Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati Realitas

Realitas dengan segala kompleksitasnya telah menciptakan tatanan yang secara positif disebut budaya. Kebudayaan dari dalam dirinya sendiri adalah teks yang tidak akan pernah habis untuk digali secara hermeneutis. Fenomenologi menjadi minat yang besar untuk menguak realitas demi makna dan untuk makna,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hukum Adat orang Dayak Krio tentang Pembunuhan

20 Juni 2020   00:42 Diperbarui: 20 Juni 2020   01:05 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adat Pati Mulia meminta pelaku untuk memberikan Tangul Ponuh kepada keluarga korban. Tangul Ponuh berarti organ-orang tubuh korban harus diganti oleh pelaku secara utuh. Organ-organ tersebut dirinci sedemikian rupa sehingga dilambangkan dalam barang-barang yang harus diberi kepada keluarga korban. Barang-barang (material) tersebut menjadi pengganti hidup yang telah direnggut.

Ada enam belas pengganti tubuh manusia, semuanya dirinci sebagai berikut. Kepala diganti tajo (tempayan besar) satu buah dan, sebagai pengiring tajo tersebut, ada satu tajo tuak meniang (tuak di dalam tempayan besar) dan seekor babi. Mata diganti bungkal (biji emas bulat seperti kelereng, sebesar jempol kaki) sebanyak dua biji.

Telinga diganti dua buah talam tembaga berkaki. Hidung diganti sepasang raputn (dua tabung penghasil angin, tabung digandeng dan berdiri, dipompa dengan semacam stik sehingga keluar angin untuk meniup api yang memanasi besi, besi tersebut ditempa menjadi alat-alat perladangan). Nyawa (nafas) diganti sumpit satu batang karena sumpit ditiup dengan nafas. Bahan sumpit dari kayu ulin. Suara diganti ketawak (semacam gong) berdiameter 30 cm.

Gigi diganti pingatn tuha dua singkek (piring tua peninggalan berharga jaman dulu) sebanyak dua buah. Lidah diganti hapakng (mandau) satu buah. Kulit diganti kain putih satu kayuk (10 meter). Rambut diganti jala satu layakng (satu buah jala), baik itu jala ripakng maupun jala seluakng (jenis-jenis jala). Darah diganti kain merah satu kayuk (10 meter). Tulang diganti waja (lempengan besi baja). Urat diganti kawat.

Alat kelamin dibedakan, untuk laki-laki diganti sondi sakayuk (tongkat untuk berjalan, ada tombak di ujungnya, mata tombak tersebut diberi sarung, berbeda dengan tombak yang lebih panjang untuk berburu), untuk perempuan diganti alat musik cap-cap (lempengan terkatup atas dan bawah, berbahan tembaga dengan diameter 10 cm, untuk mengiringi gamal).

Bukakng atau badan diganti tajo satu buah dengan pengiringnya babi satu ekor dan piring putih sebanyak 48 buah. Organ tubuh bagian dalam termasuk perut diganti gamal satu barung (gamal pentatonik Dayak satu set, yaitu 8 nada/ buah). Inilah keseluruhan dari Pati Mulia yang wajib diserahkan pelaku kepada keluarga korban. (Bdk. Djuweng, 2003:24-25)

Barang-barang di atas diserahkan dalam upacara adat. Untuk keseluruhan adat Pati Nyawa, artinya di luar pengganti tubuh di atas, pihak pelaku harus menyediakan piring sebanyak 24 buah, babi, tuak dan makan-minum sebagai sambilan nyurukng adat (membahas masalah).

Semua pengganti tubuh di atas disurukng (diberi kepada keluarga korban), sementara pihak korban dibiso (didoakan dengan mantra-mantra tertentu agar tidak pudar semangatnya, agar rohnya tidak lari) dan dihibur. (Bdk. Upacara Tiwah. Nico, 2010:115-118)

Dari keseluruhan adat Pati Nyawa di atas, menjadi jelas sebenarnya arti hidup seorang manusia. Manusia itu utuh di dalam dirinya sendiri, memiliki keluhuran yang sejatinya harus dirawat, dijaga, dihormati dan dijunjung tinggi. Dapat diperhatikan bahwa untuk konteks jaman sekarang, barang-barang yang menjadi pengganti tubuh di atas sudah sangat sulit ditemukan.

Selain itu, pun jika pada jaman dahulu semuanya itu masih mungkin diusahakan, harga yang harus dibayar tidaklah sedikit. Tidaklah murah bila semua barang pengganti tubuh itu diuangkan dan dihitung biayanya secara rinci. Inilah yang kemudian menunjukkan bahwa nilai seorang manusia itu pertama-tama begitu mahal, tinggi dan tak ternilai.

Lebih dalam lagi, adat Pati Nyawa dalam suku Dayak Krio menyiratkan pesan etika komunitarian altruistik yang dalam. Bahwa lebih dari sekedar mengganti organ tubuh dan nafas hidup dengan barang-barang, Pati Nyawa menunjukkan secara tegas hakikat hidup manusia. Hidup bersama dalam kampung harus dilandasi penghargaan yang utuh, total, tinggi dan penuh terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun