Bila penghargaan itu hilang lewat pembunuhan, maka penggantian tubuh dan jiwa tersebut mau menunjukkan bahwa sesama itu sudah tidak ada artinya lagi dan pantas mati, tidak punya nilai yang luhur dan harus dijaga sehingga pantas dilenyapkan.
Padahal sebaliknya dalam wajah setiap orang telah tergambar pribadi. Etika wajah Levinasian berbicara begitu kuat dalam hal ini dengan seruan “jangan bunuh aku!”. (Armada, 2011: 54). Maka adat Pati Nyawa ini memaksudkan pula dibangunnya pola-pola relasi etis yang luhur dalam societas, yaitu berciri altruistis. (Lih. kasus wajah liyan Sumiati. Armada, 2011:51-53).
- KEPUSTAKAAN
- Armada Riyanto, et. all. (eds.), 2011. Aku dan Liyan. Malang: Widya Sasana Publication.
- Gomes, Edwin H., 2004. Sea Dyaks of Borneo. Kota Kinabalu : Natural History Publication (Borneo).
- Nico Andasputra dan Stepanus Djuweng (eds.), 2010. Manusia Dayak. Pontianak : Institut Dayakologi.
- Stepanus Djuweng, dkk., 2003. Tradisi Lisan Dayak. Pontianak : Institut Dayakologi.