Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Labeling, Salah Satu Bentuk Solidaritas dan Keakraban

11 Mei 2024   08:12 Diperbarui: 11 Mei 2024   08:13 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut Becker (1963), pemberian cap atau label negatif semestinya dihindari, sebab tidak hanya menyakiti yang bersangkutan, tetapi juga mematikan potensi-potensi baik yang mungkin masih ada pada diri seseorang. Sementara,  Goffman (1963) menyatakan, labeling cenderung memermanenkan dan melegitimasi status 'sampah masyarakat' bagi sekelompok orang, tanpa memberi mereka kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.

Dampak Positif dan Negatif 

Labeling dapat memberikan pengakuan identitas bagi individu atau kelompok dalam masyarakat. Ketika seseorang atau kelompok diberi label yang positif, seperti 'pemimpin alami' atau 'aktivis sosial', hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memperkuat identitas sosial.

Selain itu, proses labeling juga dapat memicu pembentukan solidaritas di antara individu atau kelompok yang memiliki label yang sama. Becker (1963) menyatakan bahwa individu yang diberi label yang sama cenderung saling berinteraksi dan membentuk identitas sosial bersama berdasarkan label tersebut.

Dampak negatif labeling yaitu menimbulkan stigmatisasi dan stereotip. Ketika individu atau kelompok diberi label yang negatif, seperti 'penjahat' atau 'pengangguran kronis', hal ini dapat menyebabkan mereka diperlakukan secara tidak adil dalam masyarakat dan mengalami diskriminasi. Goffman (1963) menjelaskan bahwa stigmatisasi dapat memengaruhi cara individu melihat diri mereka sendiri dan berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat

Selain itu, proses labeling juga dapat memicu pembentukan stereotip. Hal ini dapat individu atau kelompok dianggap memiliki karakteristik yang sama berdasarkan label yang diberikan kepada mereka.


Solidaritas dan Keakraban

Solidaritas merujuk pada ikatan atau hubungan yang kuat antara individu atau kelompok dalam masyarakat, sehingga mereka saling mendukung dan bekerja sama untuk tujuan bersama. Menurut Durkheim (1893), solidaritas dibedakan atas dua jenis, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik membuat individu terikat oleh kesamaan nilai dan norma dalam masyarakat tradisional. Solidaritas organik membuat individu terikat oleh saling ketergantungan ekonomi dan spesialisasi dalam masyarakat modern.

Keakraban mengacu pada tingkat kedekatan atau hubungan yang erat antara individu atau kelompok. Hal ini dibangun melalui interaksi sosial yang berulang dan pengalaman bersama. Keakraban melibatkan rasa saling percaya, pengertian, dan dukungan antara individu atau kelompok. Menurut Simmel (1908) dalam artikel The Web of Group-Affiliations, keakraban sering muncul melalui pertukaran emosi dan pengalaman yang intim antara individu.

Proses labeling dapat menciptakan solidaritas di antara individu atau kelompok yang memiliki label yang sama. Misalnya, dalam gerakan hak-hak sipil, individu yang diberi label sebagai 'minoritas' atau 'pemberontak' sering merasa saling terhubung dan membentuk solidaritas untuk melawan diskriminasi dan ketidaksetaraan. Becker (1963) menjelaskan bahwa individu yang diberi label yang sama cenderung saling berinteraksi dan membentuk identitas sosial bersama berdasarkan label tersebut.

Keakraban sering terbentuk melalui pengalaman bersama dan saling memahami antara individu atau kelompok. Ketika individu atau kelompok merasakan pengalaman yang sama, dalam bentuk kesulitan, perjuangan, atau keberhasilan, hal ini dapat memperkuat ikatan emosional dan keakraban antara mereka. Simmel (1908) menyatakan bahwa keakraban sering muncul melalui pertukaran emosi dan pengalaman yang intim antara individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun