Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Jagung Bakar, Spirit Keakraban yang Menghangatkan

26 Mei 2024   16:39 Diperbarui: 28 Mei 2024   01:33 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jagung Bakar (UNSPLASH/RAVI SHARMA)

Dulu, saat saya masih kecil, sering membakar jagung. Jagung hasil panen sendiri. Sebab, masyarakat di desa saya tinggal, termasuk orangtua, kadang bercocok tanam jagung. Kalau musim jagung, panen jagung. Pada musim seperti ini, saya sering membakar jagung.

Tentu tak saya saja. Anak-anak seusia saya juga senang membakar jagung. Pun demikian orangtua saya, yang tentu tak jauh beda dengan orangtua anak-anak seusia saya.

Remaja dan pemuda juga sama, senang membakar jagung. Musim panen jagung memang musimnya masyarakat membakar jagung. Di mana-mana, baik di rumah maupun di ladang. Pada musim panen jagung, di ladang di banyak titik pasti terlihat asap mengepul.

Itu pertanda ada orang membakar jagung. Jagung yang dibakar adalah jagung yang tergolong masih muda. Sehingga, saat digigit empuk, juga terasa manis.

Sekali membakar jagung, umumnya, dapat menghabiskan dua-tiga jagung tiap orang. Tak bosan. Sebab, aroma dan rasa jagung begitu khas. Pasti ingin tambah jika perut belum terasa kenyang.


Sehabis makan jagung bakar, bibir hitam penuh dengan warna arang, sudah biasa. Tak jijik. Sebab, warna hitam yang menempel di bibir seakan menandai bahwa orang termaksud dapat menikmati jagung bakar secara sempurna.

Kini, membakar jagung tak harus di rumah dan di ladang. Boleh jadi yang seperti itu malah tak ada lagi. Sebab, jagung sudah menjadi barang komoditas yang menarik. Buktinya, sudah banyak ditemukan penjual jagung bakar.

Ilustrasi 1: Penjual jagung bakar di tepi Jalan Selamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu yang lalu. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 1: Penjual jagung bakar di tepi Jalan Selamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu yang lalu. (Dokumentasi pribadi)

Tak hanya di desa, tapi sudah merebak ke kota. Saat kami ke Solo, misalnya, kami menemukan penjual jagung bakar di tepian Jalan Selamet Riyadi. Yang boleh disebut sebagai jalan yang berada di pusat kota.

Kami tertarik. Sehingga, bersepakat membelinya. Di lokasi sudah banyak orang yang antre. Kami harus sabar menanti. Terlihat di area sekitar tempat jagung bakar, sudah ada banyak orang membentuk himpunan duduk lesehan di atas tikar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun