Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Single Fighter dalam Keluarga: Tantangan dan Solusi Strategis

4 Mei 2024   05:59 Diperbarui: 4 Mei 2024   14:11 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kelima, mencari bantuan profesional. Jika mengalami kesulitan dalam mengasuh anak atau masalah kesehatan mental, single fighter dapat mencari bantuan dari konselor atau psikolog (Valkenburg & Piotrowski,2017).

Keenam, dukungan dari pemerintah maupun lembaga agama berupa konseling dan bimbingan. Hal ini dapat membantu single fighter untuk menghadapi tantangan mereka. Menurut Valkenburg dan Piotrowski (2017), dukungan dari komunitas dan pemimpin agama sangat penting bagi single fighter, terutama dalam hal pengasuhan anak dan penanaman nilai-nilai moral. Selain itu, menurut Jackson, et al. (2019), perlu dirancang program-program khusus untuk mendukung single fighter, seperti kelompok dukungan, pelatihan keterampilan, atau bantuan finansial.

Penutup

Fenomena single fighter merupakan tantangan yang signifikan dalam dinamika keluarga modern. Diperlukan pemahaman mendalam tentang faktor penyebab, seperti perubahan struktur keluarga dan tuntutan sosial, serta tantangan yang dihadapi oleh individu yang menanggung beban tanggung jawab secara tunggal.

Solusi untuk mengatasi fenomena ini melibatkan dukungan dan kolaborasi di antara anggota keluarga, komunikasi terbuka, pemanfaatan sumber daya luar, dan prioritas terhadap keseimbangan antara pekerjaan, waktu pribadi, dan waktu bersama keluarga. Dengan mengimplementasikan solusi-solusi ini, diharapkan individu yang mengalami fenomena single fighter dalam keluarga dapat mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan, dan memperkuat hubungan keluarga.

Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, perlu dicatat, single fighter juga mempunyai beberapa kekuatan yang positif. Ia memiliki kemandirian dan mampu mengurus diri sendiri dan anak-(anak)-nya. Selain itu, ia memiliki kekuatan dan ketegaran dalam menghadapi berbagai rintangan. Single fighter juga memiliki cinta yang dalam; ia sangat menyayangi anak-(anak)-nya dan berusaha memberikan yang terbaik. Jika kekuatan positif ini disadari, single fighter juga memiliki hak untuk diakui dan dihargai; jadi tidak ada alasan untuk merasa paling malang di dunia ini. (*)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun