Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Single Fighter dalam Keluarga: Tantangan dan Solusi Strategis

4 Mei 2024   05:59 Diperbarui: 4 Mei 2024   14:11 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketiga, harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan finansial. Dalam artikel "Single Motherhood and Poverty: A Paradoxal Equal Opportunities," Vaskova (2016) mengatakan bahwa mengandalkan hanya satu sumber penghasilan menyebabkan single fighter sering mengalami kesulitan finansial, terutama dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Keempat, kurangnya dukungan dari pasangan dapat menyebabkan kesulitan dalam mengasuh anak, terutama dalam menanamkan nilai-nilai dan disiplin. Hal ini ditegaskan oleh Valkenburg & Piotrowski (2017) dalam artikel "Challengers in Parenting in the Digital Age: Opportunities for Media Education."

Kelima, tidak mendapat dukungan sosial secukupnya dari keluarga, teman-teman, maupun lembaga sosial, dan pemerintah.

Solusi yang Strategis

Tantangan yang dialami single fighter dalam keluarga tidaklah mudah. Menjadi single fighter sering membawa tekanan psikologis yang berat. Selain harus menjalankan peran ganda, single fighter sering mengalami perasaan kesepian, cemas, dan depresi.

Pada umumnya mengatasi masalah yang dihadapi oleh single fighter dalam keluarga, penting untuk membangun dukungan dan kolaborasi di antara anggota keluarga. Komunikasi yang terbuka dan jujur tentang beban kerja dan harapan dapat membantu mendistribusikan tanggung jawab secara adil.


Secara khusus, beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi single fighter, antara lain sebagai berikut.

Pertama, membangun jaringan sosial dan layanan dukungan komunitas. Jaringan dukungan dari keluarga besar, teman, atau komunitas dapat membantu mengurangi beban yang dihadapi single fighter (Vaskova, 2016).

Kedua, menjaga mental dan spiritual dengan melakukan aktivitas seperti berdoa, meditasi, atau terlibat dalam kehidupan keagamaan. Dalam artikel "Single Parenting and Spirituality: Gaps, Challenges, and Pathways," Jackson et al. (2009) menegaskan bahwa aktivitas-aktivitas itu dapat memberikan kekuatan batin, harapan, dan makna hidup dalam menghadapi tantangan.

Ketiga, mengelola keuangan dengan bijak, seperti membuat anggaran belanja dan menabung dapat membantu single fighter dalam menghadapi kesulitan finansial (Mujiati & Warastri, 2019).

Keempat, melakukan kegiatan yang dapat meredakan stres dan meningkatkan kesejahteraan mental, seperti olahraga, yoga, berkebun, atau hobi lainnya (Vaskova, 2016). Penting juga memprioritaskan keseimbangan antara pekerjaan, waktu untuk diri sendiri, dan waktu bersama keluarga untuk mencegah kelelahan emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun