Mohon tunggu...
Agustino Pratama
Agustino Pratama Mohon Tunggu... Jurnalis - Desainer Grafis dan Bangunan, Konten Kreator, serta Penulis Amatir yang mood nya naik turun

"Siapa tak kenal binatang jalang, lihat diri sendiri penasaranmu hilang. Jangan menangis, diatas masih ada bintang." Seburuk apapun kita, kita selalu mempunyai kesempatan untuk memulai perubahan. Jangan pernah ragu untuk melangkah. Berpegang teguh pada satu prinsip, "Bukan menjadi orang lain untuk menjadi yang terbaik, jadilah diri sendiri yang pasti bisa menjadi seseorang yang lebih baik." - Agustino Pratama -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mahmudin dan Nurudin, "Pencalonan Lurah"

12 Januari 2018   19:23 Diperbarui: 12 Januari 2018   19:28 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Oh, begitu toh ceritanya." Mahmudin terlihat menganggukkan kepalanya. "Terus, kenapa kok kamu terlihat buru-buru seperti itu?"

"Tadi waktu pak iwan dan mbak mini sedang ribut di warung mas Lepi. Pas kebetulan aku lewat, dan agak menenangkan keduanya." Jelas Nurudin. "Tapi, setelah keduanya berdamai dan ngopi bareng di warung mas Lepi, aku tak sengaja nyenggol kopinya pak iwan dan kopinya tumpah mengenai bajunya mbak Mini."

"Loh, jadi dari tadi kamu cerita panjang lebar tentang pencalonan lurah pak wid dan pak yanto, dan ternyata cerita sebenarnya tentang kamu tak sengaja menumpakan kopinya pak Iwan dan terkena bajunya mbak Mini?"

"Woey! NURUDIN! Jangan lari lagi kamu!" terlihat dikejauhan pak Iwan, mbak mini dan mas lepi sama-sama meneriakkan kalimat yang sama.

"Gawat. Mud. Aku kabur dulu, Mud." si Nurudin, langsung menyincingkan sarungnya dan berlari meninggalkan Mahmudin.

"Woey! MAHMUDIN! Kamu jangan sekongkol sama NURUDIN! Liat ini pakaianku kotor begini, gara-gara temanmu!" Teriak mbak Mini.

"Woey! NURUDIN! Gantiin dulu Kopiku yang kamu tumpahkan. Jangan lari!" Teriak Pak Iwan.

"Wah, gawat. Mending aku ikut kabur saja lah." Gumam Mahmudin yang segera beranjak lari dari tempatnya berdiri.

Dibelakang pak Iwan dan mbak Mini, mas Lepi terlihat ikut berlari sambil menjaga napasnya yang sudah cukup ngos-ngosan. 

"Woy, kalian semua. Bayar dulu kopinya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun