Saya sudah beberapa kali mengatakan bahwa Yogyakarta adalah festival. Segala hal bisa difestivalkan. Ada festivalnya. Terlebih hal-hal yang memang mengandung unsur budaya dan seni.Â
Istimewanya, yang diberi ruang untuk tampil tak hanya budaya dan kesenian Jawa. Berhubung Yogyakarta merupakan miniatur Indonesia, pertunjukan kesenian dari  berbagai budaya di Indonesia pun kerap dinikmati warga lokal dan orang-orang yang berdomisili di Yogyakarta. Pun, wisatawan yang kebetulan tengah berkunjung
Salah satunya yang baru saja saya tonton kemarin malam. Sabtu malam, tanggal 18 Oktober 2025. Yakni Papua Street Night Show yang digelar di kawasan Titik Nol Yogyakarta. Tepatnya di pojok barat utara perempatan. Di trotoar depan Gedung Agung, Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Sesungguhnya saya tidak sengaja menonton Papua Street Night Show. Bahkan, sama sekali saya tidak tahu kalau ada acara tersebut di malam itu. Yang saya tahu justru agenda acara lain yang berlokasi di Museum Benteng Vredeburg.
Oleh karena itu, saya serasa memperoleh durian runtuh ketika semalam tiba di lokasi teman-teman Papua beraksi. Betapa tidak? Baru saja menginjakkan kaki di trotoar selepas menyeberang jalan, saya langsung dibikin terpukau oleh hamparan pemandangan yang tak biasa.
Tentu serta-merta saya mengeluarkan HP dari tas. Segera menyiapkan kameranya dan kemudian jeprat-jepret sesuai keperluan. Selebihnya waktu saya habiskan untuk menikmati apa-apa yang ada di situ. Secara langsung dengan melibatkan udara dan cahaya. Tanpa kamera.
Diam-diam saya bersyukur sebab memutuskan bablas ke Titik Nol sekeluar dari ruang praktik dokter gigi. Jika memutuskan langsung pulang, pastilah saya tak bisa menikmati keseruan Papua Street Night Show.Â
Perlu diketahui, Papua Street Night Show merupakan acara yang digelar oleh perkumpulan mahasiswa Papua yang sedang kuliah di Yogyakarta. Tujuannya meningkatkan persatuan dan rasa kebersamaan di antara mereka.Â
Atraksi kesenian yang mereka lakukan tampaknya juga untuk mencari dana. Ada yang mengedarkan kotak sumbangan ke para penonton. Namun, saya tidak tahu untuk kegiatan apa tepatnya hasil tarikan dana itu. Saya tidak bisa menanyakannya kepada teman-teman Papua yang berada di sebelah saya. Saya 'kan sedang tidak bisa buka mulut?Â
Sebagai catatan mahapenting, sejak keluar dari ruang praktik dokter gigi sampai sampai rumah, saya tidak bicara sama sekali. Jangankan bicara. Buka mulut saja tidak. Durasinya kurang lebih 1,5 jam.