Siang sampai sore tadi saya ke Malioboro. Tujuan utama berbelanja kebutuhan dapur dan sabun. Kebetulan ada beberapa produk yang butuh untuk segera dibeli.
Mengapa mesti berbelanja ke Malioboro? Apa produk yang saya butuhkan itu tak dijual di toko-toko yang terdekat dengan rumah?
Lho? Toko-toko yang terdekat dengan lokasi domisili saya 'kan memang di situ? Di kawasan Malioboro. Â Tepatnya di sekitaran Pasar Beringharjo serta Teras Malioboro Ketandan dan Teras Malioboro Beskalan.
Mohon maaf, ya. Jika bagi Anda pergi ke Malioboro itu perlu dijadwalkan khusus dan tak bisa sering, bagi saya kebalikannya. Terkadang bisa tiga kali sehari saya seliweran di Malioboro. Bukan sebab kurang kerjaan, melainkan harus begitu. Alamiah memang harus melewati area itu.
Entah sekadar mau ke halte bus, entah sekadar cari jalan pintas untuk ke kantor kelurahan. Atau, memang ada janjian dengan teman. Anda tentu mafhum kalau Malioboro adalah titik pertemuan yang paling mudah dipahami oleh banyak orang. Jadinya kalau janjian, paling enak ya di Malioboro saja.
Oke, oke. Mari balik lagi ke aktivitas saya siang hingga sore tadi. Walaupun tujuan utama berbelanja, seperti biasa saya patroli dulu. Jeprat-jepret dulu secukupnya. Siapa tahu ada hal menarik?
Hmm. Ternyata memang ada yang menarik. Namun sayang sekali menariknya dalam hal kurang mengasyikkan, yaitu Malioboro terasa lengang.
Iya. Malioboro lengang itu aneh. Terlebih lengangnya pada akhir pekan. Why? Ada apa ini? Mudah-mudahan bukan sebab krisis ekonomi.
Semoga saat saya tulis artikel ini, situasi Malioboro kembali ramai dan padat. Tadi tuh, ya. Titik Nol saja nyaris kosong, baik ketika saya berangkat maupun saat pulang. Sedikit orang yang pepotoan di situ. Tidak seperti biasanya.
Tadi saya kongkow sebentar di salah satu bangku Malioboro. Kemudian saya masuk area Teras Malioboro Ketandan. Duduk cukup lama di dekat air mancur. Sepi.