Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bubur Sumsum After Rewang, Mitos Atau Fakta?

29 April 2025   18:43 Diperbarui: 29 April 2025   18:43 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatkala itu belum lama saya berdomisili di sebuah pedukuhan di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pun, baru saja saya memperoleh pengalaman baru. Yup! Tatkala itu sehari setelah saya ikutan "rewang" untuk yang pertama kalinya dalam hidup.

Pagi-pagi pintu rumah diketuk seseorang. Ternyata yang datang kerabat tetangga yang barusan mantu (menikahkan anak). Kedatangannya untuk mengantar sepiring bubur sumsum hangat. Komplet dengan juruhnya. Perlu diketahui, juruh adalah gula merah yang dicairkan.

Sebagai penggemar bubur sumsum garis keras, tentu saya senang sekali. Merasa bersyukur karena mendadak ketemu bubur favorit.

Sekian waktu kemudian saya berkesempatan rewang lagi. Mulai dari sebelum hari-H hingga saat hari-H, saya bersiaga penuh sebagai tim bantu-bantu sporadis. Terkadang bantu-bantu di dapur, pada lain waktu bantu-bantu menerima tamu.

Sehari setelah hari-H, ternyata ada kiriman bubur sumsum dari si empunya hajat. Kebetulan yang mengantar lebih muda dan lebih ceriwis daripada kiriman bubur sumsum terdahulu. Saat menyerahkan bubur dia berkata, "Bubur sumsumnya, nih. Pengusir capek habis rewangan."

"Benarkah? Kalau makan bubur ini capekku langsung hilang?" Spontan saya bertanya dengan perasaan setengah percaya.

"Katanya simbah-simbah begitu. Konon," jawabnya.

"Halah. Konon. Hehehe."

Akhirnya kami tertawa bareng saja. Namun, sejak saat itulah saya menjadi tahu adanya tradisi sumsuman after rewang.

Rupanya dahulu saya salah paham. Tidak paham maksud perkataan si kerabat tetangga depan rumah, tatkala doeloe dia mengantarkan kiriman bubur sumsum after saya rewang untuk pertama kalinya.

Saat itu dia menyodorkan piring dan berkata, "Sumsuman, Mbak. Ben ndang ilang pegele (Supaya cepat hilang capeknya)."

Saya pikir itu sekadar ucapan basa-basi atau gurauan belaka, mengingat beberapa hari sebelumnya kami adalah tim rewang bagian disuruh beli sesuatu dan antar ini-itu. Eh, ternyata apa yang dikatakannya merupakan hal simbolis atau bahkan filosofis.

Lalu, apakah "rewang" itu? Rewang (sering disebut juga rewangan) adalah sebuah tradisi yang lazim dilakukan di Jawa. Adapun Jawa yang dimaksudkan di sini merujuk pada Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Rewang dilakukan ketika ada hajatan atau perayaan tertentu. Tuan rumah yang punya hajat, misalnya hajat menikahkan anak atau mengkhitankan anak, akan meminta tolong para tetangga untuk rewang. Membantu pelaksanaan hajatannya. Mulai dari sebelum, pas hari-H, sampai setelahnya.

Namun, hanya orang tertentu yang masih disuruh rewang setelah hari-H. Biasanya para kerabat dekat saja. Hal ini terkait dengan tanggung jawab penuh mereka selaku "komandan lapangan". Salah satu tugas rewang pasca hari-H adalah membuat bubur sumsum dan kemudian membagikannya kepada seluruh orang yang telah ikut rewang.

Pembagian bubur sumsum itu merupakan tanda bahwa rewangan sudah resmi ditutup (selesai). Pun, merupakan ungkapan syukur kepada Allah SWT sekaligus ucapan terima kasih kepada orang-orang yang rewang.

Nah. Betulkah setelah menyantap bubur sumsum yang dibagikan usai rewangan, capek kita serta-merta sirna? Mitos atau fakta?

Sejauh pemahaman saya, itu mitos yang logis. Bubur sumsum 'kan mengandung gula dan karbohidrat. Dibuat dari tepung beras, santan, dan gula merah. Citarasanya gurih-gurih manis. Kalau dimakan hangat-hangat bisa mengenyangkan dan bikin hati riang. Pegal-pegal sehabis rewang pun tak terasa lagi.

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun