KEMARIN siang ketenangan hidup saya mendadak terusik. Sisa demam dan sakit kepala yang masih tersisa musnah dalam sekejap. DM Instagram dari seorang temanlah yang menjadi penyebabnya.Â
Melalui DM itu ia bertanya, "Mbak, ada kerusuhan apa di Tugu? Adikku sepintas melihat IG story temannya  kok ada kerusuhan di sana."Â
Spontan saya jawab, "Rusuh di Tugu? Wah! Enggak tahu eee. Aku baru saja online."Â
Seketika saya dilanda cemas dan buru-buru berkirim pesan WA ke anak.Â
"Masih di sekolah? Atau, sudah di tempat PKL? Kalau masih di sekolah tahan dulu. Jangan pindah ke mana-mana. Kabarnya ada kerusuhan di Tugu."Â
Tanpa menunggu respons, setelahnya saya sigap cek ricek berita. Tak beruntung karena sekian menit tak kunjung menemukan berita tentang kerusuhan di Tugu. Mungkin salah keyword.Â
Lalu, saya buka WAG Kampung yang selalu up date kabar terkini apa pun. Aaah, benar saja. Di situlah akhirnya saya temukan informasi yang saya butuhkan. Ada yang berbagi tautan berita mengenai kerusuhan tersebut.Â
O la la! Â Ternyata di area Tugu Pal Putih memang ada kerusuhan. Telah terjadi bentrokan di antara suporter sepakbola.Â
Mereka membuat kerumunan dan bertingkah liar. Berteriak-teriak saling memprovokasi, serta membawa-bawa  bendera identitas dan pentungan. Brutal. Sampai-sampai salah satu kedai kopi di area situ terkena imbasnya. Rusak terkena lemparan-lemparan benda keras.Â
"Tawur lagi, tawur lagi. Dikit-dikit rusuh. Gara-gara bola saja kok begini banget," gumam saya dengan perasaan geram.Â
Sesungguhnyalah saya merasa lelah berhadapan dengan kabar-kabar kerusuhan seperti itu.Â