Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kesehatan Perempuan Indonesia, antara Asa dan Realita

21 April 2021   22:04 Diperbarui: 21 April 2021   22:14 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya pikir-pikir, secara tak langsung kondisi tersebut menjadi teror tersendiri buat Atika. Walaupun tak ada yang bermaksud begitu, tetap saja berpotensi menjadi teror baginya. Atika memang diam. Namun, tak berarti batinnya baik-baik saja.

Sepertinya tak ada tempat nyaman buat Atika. Pulang berarti siap terintimidasi foto-foto wisuda, sedangkan tetap tinggal di rumah mertua (sang mertua inilah yang sekampung dengan saya) berarti siap terintimidasi ibu mertua.

O, ya, Saya bisa tahu sejauh ini sebab diajak ibu ketua dasawisma untuk mencari Atika. Ia lama sekali membolos dari kegiatan dasawisma dan lalai tak membayar cicilan simpan pinjam yang telah jatuh tempo. Usut punya usut, ia berkonflik dengan ibu mertuanya dan pulang ke rumah orang tuanya di kecamatan sebelah.   

Sedihnya, Roni pun masih kekanak-kanakan. Cari duitnya semau dia saja meskipun telah punya tanggungan anak istri. Huft! Ibu Kartini pasti merasa gemas sekaligus trenyuh. Iya, saya yakin bakalan begitu. Sebab perjalanan hidup Atika menyimpang sangat jauh dari semangat dan cita-cita beliau.

Kita mafhum bahwa Kartini berkeinginan kaumnya memiliki kesempatan untuk maju bersama-sama dengan kaum laki-laki. Kartini ingin kaumnya memiliki akses pendidikan dan kesehatan yang memadai. Idealnya dari tahun ke tahun kedua akses tersebut kian mudah. Faktanya, masih ada kasus yang tercecer seperti kisah Atika.

Kisah Atika patut menjadi bahan renungan yang mendalam. Saya yakin bahwa masih banyak anak perempuan Indonesia yang sependeritaan dengannya. Tentu hal demikian menjadi PR besar bagi kita sekalian. Terlebih anak perempuan kelak akan jadi ibu. 'Kan masa depan bangsa ini bisa gawat kalau kualitas para calon ibu sangat rendah.

Adapun dalam bayangan saya, materi kesehatan mental dan reproduksi wajib ditanamkan sejak dini. Perlu disosialisasikan secara massif dan kontinu. Efektifnya melalui bangku sekolah. Semaksimal mungkin kita berusaha agar meningkatnya kesehatan perempuan Indonesia benar-benar terwujud nyata. Sinkron antara asa dan realitanya.  

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun