Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Cerita Bahagia

27 Desember 2020   17:04 Diperbarui: 27 Desember 2020   18:10 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian isi pesan WA sang loper. Saya terhenyak. Merasa bersalah sekaligus malu sebab sampai lalai bayar abonemen. Yang berarti lalai pula berkirim uang kepada bapak. Biasanya saya memang transfer abonemen sekaligus nitip uang jajan buat bapak.

Alhasil, saya berjanji untuk segera transfer pagi itu juga. Tentu sembari banyak bertanya perihal bapak plus numpang video call di ponsel sang loper. Wow! Saya tersadarkan oleh sesuatu.

Iya, saat itu juga saya memohon kepada sang loper koran untuk menjadi perantara komunikasi antara bapak dengan saya. Alhamdulillah dia bersedia. Dia berjanji akan ngabarin kalau ada sesuatu yang urgen dengan bapak. Kalau ingin menelepon, saya akan numpang di ponselnya tatkala ia mengantarkan koran bapak. Tentu malamnya janjian dulu sehingga saya stand by.  

Luar biasa. Rupanya hari penagihan tersebut sekaligus merupakan hari tertemukannya solusi untuk cek ricek kondisi bapak secara akurat. Bapak selalu menjawab semua baik-baik saja jika ditanya. Melalui sang loper, saya bakalan memperoleh jawaban yang lebih riil.

Pastilah saya merasa lega dan bahagia karenanya. Pada detik itulah saya paham bahwa saya bahagia ketika tahu kondisi bapak nun jauh di sana baik-baik saja. Sehat dan tercukupi kebutuhannya.

Memang belum kebahagiaan yang sesempurna impian saya. Sebab kenyataannya, kami masih terpisah jarak. Akan tetapi, bukankah pada intinya bahagia hanya dapat dirasakan, manakala kita ikhlas menerima apa pun kondisi yang kita hadapi? Kiranya demikian yang saya pahami dari aneka definisi kebahagiaan yang disampaikan para ahli. 


Cerita Ketiga

Yang tak terduga adalah ungkapan terima kasih yang saya terima dari sang loper koran. Nominal abonemen yang sesungguhnya tak seberapa besar, ternyata lumayan menopang pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Di tengah derasnya arus dunia digital, memang makin sedikit yang berlangganan koran cetak. Maka ia senang sekali, saya hingga sekarang mau berlangganan untuk bapak.

Saya terharu. Niatan awal berlangganan koran (cetak) adalah menjaga keberlangsungan tradisi yang telah dilakukan bapak sejak mudanya dulu. Yang berarti menjaga salah satu sumber kebahagiaannya; yang notabene pula menjadi sumber kebahagiaan saya. Eh, tak disangka-sangka kawan SD saya (sang loper itu) malah bisa sekalian ikut berbahagia.

Terlepas dari kurang dan lebihnya, meskipun tidak secara langsung, rupanya JNE telah menjadi Connecting Happiness bagi kami: bapak, sang loper koran, dan saya.

Demikian tiga cerita bahagia dari saya. Semoga pembaca sekalian dapat ikut merasakannya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun