Mohon tunggu...
Agustiawan
Agustiawan Mohon Tunggu... Dokter - Doktermu

Dokter | Promotor Kesehatan | Humoris | Dapat Diandalkan Instagram: @agustiawan28 @hep.id @hep.program

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Indonesia Sadar Sehat", Pergeseran Paradigma Pembangunan Kesehatan

24 Desember 2019   11:39 Diperbarui: 24 Desember 2019   16:44 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tidak semua orang memiliki pendidikan maupun ilmu pengetahuan yang sama dalam hal kesehatan, terlebih lagi perkembangan media sosial dan internet yang seolah pisau bermata dua, memberikan efek positif dalam hal kemudahan akses berita yang valid mengenai kesehatan, tetapi juga memberikan efek negatif dengan mudahnya tersebar berita hoax yang akan memengaruhi kepercayaan masyarakat.

Survey yang dilakukan oleh ANTARA pada tahun 2017 menyebutkan bahwa "hoax kesehatan" merupakan hoax terbanyak yang disebarkan dan cenderung dipercayai oleh banyak orang, terutama grup whatsapp keluarga dan facebook orang tua.

Tidak tanggung-tanggung, hoax kesehatan memiliki persentase 27% dari keseluruhan hoax yang beredar di masyarakat, persenan ini bahkan lebih besar daripada persenan yang didapatkan oleh partai pemenang pemilu 2019.

Mungkin pembaca semua pernah mendengar mengenai "pepsi (atau minum lainnya) tercemar oleh darah orang HIV", atau "jangan minum jus jeruk setelah makan sea food (ini sepertinya mengarah pada kasus Alm. Munir)", atau "anak dajjal yang makan rahim ibunya kemudian di buang (padahal anak tersebut terkena ichtiosis harlqruen)".

Hoax di atas benar tersebar dan kemudian disebarkan lagi oleh orang lain sampai akhirnya dipercayai oleh beberapa orang. Tapi, ada juga beberapa kalangan yang langsung melakukan cross check ke ahlinya.

Permasalahan lain dari pengetahuan kesehatan adalah tingkat pendidikan yang tidak semuanya tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan budaya yang mengakar pada suatu daerah. Hal ini bisa kita lihat, ketika seseorang memiliki pendidikan yang rendah, kemungkinan memiliki daya serap informasi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tamat SMA.

Budaya yang mengakar juga akan memengaruhi pengetahuan kesehatan seseorang, contohnya: pernah mendengar kerokan? masuk angin? angin duduk? dan lain sebagainya yang sebenarnya hanya mitos dan kebenarannya belum bisa dibuktikan dalam ilmu kedokteran. Mungkin, masih banyak masalah lainnya yang berhubungan dengan penyerapan informasi seperti di atas.

Kita tinggalkan dulu masalah penyerapan informasi, sekarang kita masuk ke "Sejauh apa gerakan kita dalam melakukan pendidikan kesehatan?", siapapun kita baik dokter, perawat, bidan, guru, sarajana pertanian, atau bahkan siapapun sebenarnya sangat dapat membantu dalam melakukan pendidikan kesehatan. Kenapa bisa? karena tidak semua hal dalam bidang kesehatan harus dipahami semua orang, tetapi semua orang harus memiliki standar dlam mengetahui apa yang dapat dia lakukan demi menjaga kesehatannya.

Contohnya: semua orang tau kalau merokok itu tidak baik bagi kesehatan karena mengandung zat yang dapat memicu kerusakan pembuluh darah maupun paru-paru, hal ini bisa disampaikan oleh siapapun (sebagai standar yang bisa dipahami siapapun), tetapi tidak semua orang yang mengetahui proses, nama zat, serta cara berhenti merokok (karena ini domain tenaga kesehatan).

Semua orang juga tau bahwa makan garam, berlemak dan gula yang terlalu banyak tidak baik bagi kesehatan karena dapat memicu darah tinggi maupun kencing manis serta penyakit pembuluh darah (jantung maupun stroke).

Hal ini kita sebut dengan standar pengetahuan yang harus diketahui masyarakat, tetapi tidak semua orang tau pengobatan serta mekanisme terjadinya penyakit tersebut (hal ini adalah domain tenaga kesehatan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun