Mohon tunggu...
Agustiawan
Agustiawan Mohon Tunggu... Dokter - Doktermu

Dokter | Promotor Kesehatan | Humoris | Dapat Diandalkan Instagram: @agustiawan28 @hep.id @hep.program

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Indonesia Sadar Sehat", Pergeseran Paradigma Pembangunan Kesehatan

24 Desember 2019   11:39 Diperbarui: 24 Desember 2019   16:44 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia Sadar Sehat merupakan suatu gagasan yang terpikirkan oleh saya ketika mendirikan perkumpulan yang bernama Health Education and Promotion (HEP) Program atau yang sekarang lebih sering kami sebut dengan HEP Indonesia.

Pendirian perkumpulan ini sebenarnya telah ada di tahun 2016 dengan program sederhana seperti pemberdayaan Posyandu Lansia dan pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan anak usia di bawah 13 tahun.

Pendirian perkumpulan ini telah ditegaskan pada tahun 2017, atas keluarnya Surat Keputusan (SK) Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor (Menkumham) AHU-0014610.AH.01.07 pada tahun 2017. 

Definisi sehat adalah keadaan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.1 Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.2

Konsep Indonesia Sadar Sehat sendiri terpikirkan akan pentingnya upaya kesehatan semesta dalam membangun kesehatan masyarakat Indonesia. Pembangunan kesehatan dimulai dan dirasakan oleh diri sendiri. Seseorang yang memiliki kesadaran akan sehat yang lebih baik, cenderung akan menjauhi apa yang tidak baik menurutnya dan akan melakukan sesuatu yang baik bagi kesehatannya. Hal tersebut secara sederhana dapat kita anggap sebagai perilaku kesehatan.

Sayangnya, perilaku kesehatan sangat berkaitan erat dengan pendidikan atau pengetahuan di bidang kesehatan. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu hal yang didapat secara formal maupun informal.

Menurut teori Green menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu perilaku yang diharapkan dan pada umumnya berkorelasi positif dengan perilaku. Pengetahuan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.

Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcame) pendidikan kesehatan.2 

          Pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yaitu:2

          a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

          b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

          c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

          d. Analisa (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek analisa kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

          e. Sintesa (Synthesis)

Sintesa merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.

          f. Evaluasi (Evaluation)

          Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pendidikan, terutama pendidikan kesehatan merupakan sumber daya yang dapat digunakan untuk menghindari risiko kesehatan dan mengurangi dampak penyakit. Pendidikan memberikan manfaat langsung seperti kemampuan berpikir kritis, memahami informasi tentang risiko kesehatan dan membuat pilihan hidup yang lebih baik.

Tidak semua orang memiliki pendidikan maupun ilmu pengetahuan yang sama dalam hal kesehatan, terlebih lagi perkembangan media sosial dan internet yang seolah pisau bermata dua, memberikan efek positif dalam hal kemudahan akses berita yang valid mengenai kesehatan, tetapi juga memberikan efek negatif dengan mudahnya tersebar berita hoax yang akan memengaruhi kepercayaan masyarakat.

Survey yang dilakukan oleh ANTARA pada tahun 2017 menyebutkan bahwa "hoax kesehatan" merupakan hoax terbanyak yang disebarkan dan cenderung dipercayai oleh banyak orang, terutama grup whatsapp keluarga dan facebook orang tua.

Tidak tanggung-tanggung, hoax kesehatan memiliki persentase 27% dari keseluruhan hoax yang beredar di masyarakat, persenan ini bahkan lebih besar daripada persenan yang didapatkan oleh partai pemenang pemilu 2019.

Mungkin pembaca semua pernah mendengar mengenai "pepsi (atau minum lainnya) tercemar oleh darah orang HIV", atau "jangan minum jus jeruk setelah makan sea food (ini sepertinya mengarah pada kasus Alm. Munir)", atau "anak dajjal yang makan rahim ibunya kemudian di buang (padahal anak tersebut terkena ichtiosis harlqruen)".

Hoax di atas benar tersebar dan kemudian disebarkan lagi oleh orang lain sampai akhirnya dipercayai oleh beberapa orang. Tapi, ada juga beberapa kalangan yang langsung melakukan cross check ke ahlinya.

Permasalahan lain dari pengetahuan kesehatan adalah tingkat pendidikan yang tidak semuanya tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan budaya yang mengakar pada suatu daerah. Hal ini bisa kita lihat, ketika seseorang memiliki pendidikan yang rendah, kemungkinan memiliki daya serap informasi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tamat SMA.

Budaya yang mengakar juga akan memengaruhi pengetahuan kesehatan seseorang, contohnya: pernah mendengar kerokan? masuk angin? angin duduk? dan lain sebagainya yang sebenarnya hanya mitos dan kebenarannya belum bisa dibuktikan dalam ilmu kedokteran. Mungkin, masih banyak masalah lainnya yang berhubungan dengan penyerapan informasi seperti di atas.

Kita tinggalkan dulu masalah penyerapan informasi, sekarang kita masuk ke "Sejauh apa gerakan kita dalam melakukan pendidikan kesehatan?", siapapun kita baik dokter, perawat, bidan, guru, sarajana pertanian, atau bahkan siapapun sebenarnya sangat dapat membantu dalam melakukan pendidikan kesehatan. Kenapa bisa? karena tidak semua hal dalam bidang kesehatan harus dipahami semua orang, tetapi semua orang harus memiliki standar dlam mengetahui apa yang dapat dia lakukan demi menjaga kesehatannya.

Contohnya: semua orang tau kalau merokok itu tidak baik bagi kesehatan karena mengandung zat yang dapat memicu kerusakan pembuluh darah maupun paru-paru, hal ini bisa disampaikan oleh siapapun (sebagai standar yang bisa dipahami siapapun), tetapi tidak semua orang yang mengetahui proses, nama zat, serta cara berhenti merokok (karena ini domain tenaga kesehatan).

Semua orang juga tau bahwa makan garam, berlemak dan gula yang terlalu banyak tidak baik bagi kesehatan karena dapat memicu darah tinggi maupun kencing manis serta penyakit pembuluh darah (jantung maupun stroke).

Hal ini kita sebut dengan standar pengetahuan yang harus diketahui masyarakat, tetapi tidak semua orang tau pengobatan serta mekanisme terjadinya penyakit tersebut (hal ini adalah domain tenaga kesehatan).

Artinya, memang harus ada standar yang harus diketahui oleh masyarakat luas yang kemudian akan membentuk perilaku sadar sehat. Standar yang harus diketahui oleh masyarakat inilah yang harus disebarkan oleh agen-agen kita.

Kita harus memiliki banyak agen yang dapat menceritakan kepada teman-teman, saudara bahkan keluarganya dengan santai tanpa perlu membuat seminar awam maupun penyuluhan mingguan/bulanan. Informasi yang valid ini cukup disebarkan melalui percakapan dari mulut ke mulut, grup whatsapp, status facebook, instastory dan lain-lain.

Gerakan Indonesia Sadar Sehat terdiri dari dua gerakan, antara lain gerakan mengajak dan mengaplikasikan. Gerakan mengajak berbentuk ucapan atau cerita yang bisa kita katakan ke teman kita, minimal teman satu kelas, satu kos atau bahkan keluarga yang ada di kampung kita.

Gerakan mengaplikasikan adalah gerakan sederhana yang dapat kita lakukan, seperti mencuci tangan sebelum makan, menutup mulut dengan lengan baju ketika bersin, tidak membuang sampah sembarangan bahkan pada gerakan yang besar seperti menimbang bayi setiap bulannya dan memberikan air susu ibu (ASI) ekslusif.

Gerakan ni merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh masyarakat guna menjaga kesehatannya secara mandiri agar dapat menjadi role model perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat ditiru oleh orang di sekitarnya.

Hal ini tentunya membutuhkan kemauan dan kerelaan dari tenaga kesehatan untuk membuka wawasan beberapa orang yang dianggap mampu untuk menjadi role model, kemudian diharapkan role model tadi dapat menjelaskan dan memberikan teladan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya dalam suasana santai, tanpa memerlukan penyuluhan atau seminar awam yang sebenarnya membutuhkan biaya yang lebih besar.

Pergeseran paradigma pembangunan kesehatan memang sudah dan harus berubah, pelayanan promotif dan preventif harus kita kedepankan. Hal ini sangat penting untuk menekan angka penyakit menular dan tidak menular kita yang kebanyakan masuk ke dalam 10 besar dunia, sebut saja tuberkulosis paru dan diabetes. 

Pembangunan kesehatan dalam bidang promotif dan preventif sangat erat kaitannya dengan kesadaran dari seluruh individu yang ada di masyarakat. Kesadaran itu pula yang akan memunculkan perilaku/tindakan yang baik untuk menjaga kesehatan.

Ayo bersama-sama kita wujudkan Indonesia Sadar Sehat 2025. Kita buka wawasan orang-orang mengenai menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit, agar informasi kesehatan yang valid dapat tersebar ke seluruh lapisan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun